Katsuhiro Otomo di Balik Magnum Opus “Akira”

Katsuhiro Otomo lahir pada 14 April 1954 di Prefektur Miyagi, Jepang. Ia tumbuh di daerah pedesaan yang membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu membaca manga karena tak banyak yang bisa ia lakukan di sana. Otomo memupuk minatnya pada dunia manga dengan menjiplak manga-manga shounen pada masanya seperti Tetsuwan Atom (Astro Boy) dan Tetsujin 28-go.  Dua judul tersebut menjadi salah satu inspirasi terbesar dalam karirnya ke depan. Saat ia memulai karier sebagai ilustrator dan mangaka pada akhir 1970-an, Ia terdorong untuk menciptakan kegembiraan yang ia miliki semasa ia kecil dengan membuat cerita-cerita fiksi ilmiah.

Sebagian besar karya Otomo cenderung memiliki kecenderungan naratif ke arah fiksi ilmiah dan tampaknya karena genre tersebut kurang diminati saat ia memulai. Otomo memulai kariernya pada 1973 dengan karya debut A Gun Report, adaptasi manga dari cerita pendek Mateo Falcone karya Prosper Mérimée. Sejak saat itu, ia memproduksi berbagai karya pendek untuk beberapa majalah manga, membangun reputasinya sebagai penulis dan ilustrator yang tekun dan terampil. Baru pada 1979, Otomo menulis dan menggambar Fireball, manga fiksi ilmiah yang tidak selesai namun menjadi tonggak awal tema yang akan ia eksplorasi lebih jauh. Tahun berikutnya, ia meluncurkan "Dōmu," cerita tentang konflik psikis antar generasi di sebuah kompleks apartemen, yang kemudian memenangkan Nihon SF Taisho Award dan Seiun Award. Ia juga berkolaborasi dengan Toshihiko Yahagi dalam Kibun wa mō Sensō, yang menggambarkan konflik fiktif antara China dan Uni Soviet, dan kembali menggarap sekuelnya hampir empat dekade kemudian.

Otomo terus menulis cerita pendek, termasuk A Farewell to Weapons yang terbit pada 1981. Pada 1982, ia mulai mengerjakan proyek manga yang akan menjadikannya tokoh global: Akira. Manga ini awalnya direncanakan sebagai cerita sepuluh bab, namun berkembang menjadi lebih dari 2000 halaman yang terbit selama delapan tahun di majalah Young Magazine. Popularitasnya melonjak dan menarik perhatian internasional, terutama setelah adaptasi film animasinya rilis pada 1988, yang juga disutradarai Otomo.

zoom-1

Akira menggambarkan Neo-Tokyo, kota fiksi pasca-katastrofi yang dihuni oleh geng motor remaja, eksperimen militer, dan konflik politik. Otomo menyatakan bahwa ia menulis Akira sebagai cara untuk menuliskan ulang masa remajanya, dengan latar masa depan yang tidak pasti dan penuh ketegangan. Ia mengakui bahwa karakter utama Tetsuo dan Kaneda lahir dari proyeksi dirinya sendiri. Tema cerita dan perkembangan karakter berkembang seiring waktu, namun ia telah merencanakan garis besar cerita sejak awal, tidak ingin mengulang pengalaman pahit dari proyek "Fireball" yang harus dihentikan tanpa akhir.

Dalam menggambar Akira, Otomo fokus pada kecepatan naratif dan kekuatan visual. Ia ingin pembaca terpacu membaca cepat namun berhenti saat momen penting muncul. Setiap panel dirancang dengan detail. Ia menggambarkan ledakan Neo-Tokyo dengan teknik cross-hatching manual, dan ia menolak saran editor untuk menyederhanakannya karena merasa adegan itu mewakili jutaan jiwa yang hilang. 

Akira sangat terinspirasi oleh Tetsujin 28-go tentang bagaimana kondisi sosial Jepang pascaperang. Otomo menyatakan bahwa ia melalui Akira, ia ingin memberikan penghormatan pada serial tersebut. Dalam wawancaranya dengan Ollie Barder, Ia menyematkan karakter Akira sebagai angka 28 di manga, yang merupakan referensi langsung ke mecha Tetsujin 28-go . "Terlebih lagi, alur cerita utama Akira adalah tentang senjata pamungkas yang dikembangkan selama masa perang dan ditemukan di era yang lebih damai. Jadi, kecelakaan dan cerita berkembang di sekitar senjata pamungkas itu. Jika Anda tahu, Tetsujin 28-go , maka ini adalah alur cerita keseluruhan yang sama," ujarnya. 

Otomo dikenal dengan pendekatannya yang menggabungkan fantasi dan realisme. Ia ingin merekonstruksi elemen-elemen era Showa akhir, dari persiapan Olimpiade, kerusuhan mahasiswa tahun 1960-an hingga pembangunan infrastruktur, dan menjadikannya dasar dunia fiksi yang terasa nyata. Dalam produksi, ia juga menolak menggambar wajah yang sama dua kali. Ia bahkan menggunakan teman dekatnya sebagai referensi karakter. 

Ketelitian dalam menggambar lingkungan urban dan arsitektur menjadi ciri khas, yang ia sebut sebagai hasil dari mantra atau sugesti terhadap garis yang ia goreskan. Secara visual ia banyak mengambil inspirasi dari Ilustrator ternama seperti Yokoo Tadanori dan Isaka Yoshitaro. Pendekatan baru ini membuat karya-karyanya memiliki nuansa ilustrasi yang lebih baru ketimbang gaya gambar manga klasik. 

Pendekatan Katsuhiro Otomo dalam mendesain karakter diimbangi dengan kemampuannya yang kuat dalam merancang mecha, seperti yang terlihat dalam karya awalnya Farewell to Weapons. Ia mengaku terinspirasi oleh Studio Nue, khususnya Kazutaka Miyatake dan Naoyuki Kato, yang menciptakan desain power suit berpengaruh pada masa itu. Otomo mengatakan bahwa saat itu belum ada manga fiksi ilmiah yang benar-benar serius. “Yang ada hanya fiksi ilmiah yang lucu seperti Doraemon. Jadi saya ingin mengubahnya dan melakukan sesuatu yang lebih realistis dan dapat dipercaya.” 

Ia juga menyebut film 2001: A Space Odyssey sebagai salah satu pengaruh besar. “Karena karya saya berasal dari pikiran saya, itu berarti bahwa semua pengaruh saya bercampur aduk... Saya mencerna banyak hal yang berbeda dan ide-ide cenderung muncul dari situ.” Dalam daftar desainer favoritnya, Otomo menyebut Takashi Watabe dan Makoto Kobayashi, serta seorang desainer Amerika yang tidak ia ingat namanya. Ia juga menyatakan kekagumannya pada desain mecha dalam Neon Genesis Evangelion.

Otomo pribadi jarang menggunakan komputer karena merasa daya magis dari gambar tangan tidak tergantikan. Produksi "Akira" berlangsung di bawah tekanan waktu. Ia menyelesaikan 20 halaman setiap minggu, langsung menggambar di kertas final tanpa sketsa awal. Ia bekerja bersama beberapa asisten yang membantu menggambar latar dan menyempurnakan screentone. Manga ini cepat populer, dengan cetakan pertama mencapai 300.000 kopi meski harganya tinggi. 

Awalnya Otomo tidak berencana untuk memiliki adaptasi animasi dari Akira. Tetapi ia kemudian setuju selama ia memegang kendali kreatif atas film tersebut. Film ini diproduksi oleh TMS Entertainment dan didistribusikan oleh Toho di seluruh Jepang pada 16 Juli 1988. Meski Akira menjadi proyek besar dalam karier Katsuhiro Otomo, ia awalnya kecewa saat menyaksikan cuplikan pertama film tersebut. Ia mengira film itu akan gagal karena penurunan kualitas di paruh akhir akibat keterbatasan waktu dan anggaran. “Saya pikir bagian pertama film itu bagus, tetapi... kualitasnya menurun saat film memasuki bagian akhir,” ujarnya. Dengan lebih dari dua ribu potongan animasi, produksi kewalahan. Jumlah animator tidak mencukupi, membuat mereka bekerja lembur dan mengorbankan kualitas. Studio juga harus mengalihdayakan sebagian animasi ke luar negeri, yang menurut Otomo hasilnya kurang memuaskan. Terlepas dari itu, hingga hari ini Akira telah diakui sebagai salah satu film animasi dan fiksi ilmiah terbaik sepanjang masa, dan dianggap sebagai anime penting.

Setelah terlibat langsung dalam produksi film Akira ia terjun ke dunia sinema dan terus menggarap film setelahnya, seperti Memories dan Steamboy. Ia menyebut bahwa bekerja dalam film memberinya kegembiraan dalam kolaborasi yang tidak ia dapatkan saat menggambar manga sendirian. Meski begitu, ia masih tertarik kembali ke manga jika waktu dan motivasi mendukung.

web-23
web-24
web-25
web-26
web-27
web-28
web-29
web-30
web-31
About the Author

Dhanurendra Pandji

Dhanurendra Pandji is an artist and art laborer based in Jakarta. He spends his free time doing photography, exploring historical contents on YouTube, and looking for odd objects at flea markets.