Wajah Baru Indonesia Kaya: Melestarikan Tradisi, Menjaga Relevansi
Sebagai ruang apresiasi dan edukasi seni budaya Nusantara, Indonesia Kaya berupaya menjawab tantangan zaman yang terus berubah dengan memperkenalkan wajah baru mereka. Inisiatif budaya yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini resmi memperkenalkan wajah baru yang lebih relevan dengan menggabungkan akar tradisi Nusantara dengan elemen-elemen visual yang lebih kontemporer. Untuk menciptakan arsitektur jenama yang lebih selaras, pembaruan visual ini juga mencakup Galeri Indonesia Kaya (GIK), Taman Indonesia Kaya (TIK), dan Rumah Budaya Indonesia Kaya (RuBIK) sebagai ekosistem program Indonesia Kaya.
Evan Wijaya adalah desainer yang ditunjuk untuk menangani proyek ini melalui program ADGI Hub. “Saya adalah satu dari lima desainer atau studio yang ikut dalam program ini, yang dikompetisikan dan dipilih satu pemenang. Empat peserta lainnya adalah Thinking*Room, Artnivora, Mata Studio, dan SWG Design,” ujar Evan saat diwawancarai Grafis Masa Kini.
Proses perancangan dimulai dengan riset mendalam mengenai visi, misi, dan nilai-nilai yang diusung Indonesia Kaya. Evan menjelaskan, “Tantangan utama adalah membentuk arsitektur brand yang bisa digunakan ke dalam seluruh ekosistem programnya, seperti Galeri Indonesia Kaya, Taman Indonesia Kaya, dan Rumah Budaya Indonesia Kaya.” Selain itu, Evan juga menambahkan bagaimana misi untuk mendekatkan budaya Indonesia dengan generasi muda yang lebih modern pada akhirnya memengaruhi arahan visual yang ada.
Dalam risetnya, Evan menggunakan pendekatan yang humanis. Menurutnya, Indonesia Kaya tumbuh dari semangat untuk menghidupkan warisan budaya yang beragam. Setiap bentuk seni, cerita, dan ekspresi menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini dengan manusia sebagai pusatnya. “Kelestarian warisan budaya ini bertumpu pada peran manusia sebagai penjaga dan pewarisnya,” ucap Evan. Melalui entitas seperti GIK, TIK, dan RuBIK, Indonesia Kaya memanfaatkan seni pertunjukan sebagai medium utama untuk menghubungkan tradisi dengan dinamika zaman.
Hal ini kemudian diwujudkan dalam bentuk logo yang menggambarkan manusia sebagai inti. Logo Indonesia Kaya dirancang seperti kumpulan orang yang sedang berkumpul dalam satu ruang. Ada yang menonton pertunjukan, ada yang sedang berinteraksi, dan ada yang sedang bercengkerama. Struktur huruf terlihat ekspresif tetapi tetap teratur, memanjang, dan meliuk. “Karakter huruf yang muncul pada logo dibuat seolah sebagai kumpulan orang yang sedang berkumpul bersama dalam satu ruang, saling berinteraksi; ada yang sedang melakukan seni pertunjukan, ada yang sedang menonton, dan ada pula yang sedang bercengkerama,” kata Evan.
Logo dan tipografi yang konsisten digunakan dalam komunikasi visual Indonesia Kaya terinspirasi dari aksara lokal, menjadi representasi kekayaan budaya Nusantara. Pola visual yang dikembangkan merujuk pada motif-motif wastra tradisional yang disusun dalam struktur modular, menciptakan sistem visual yang kaya namun tetap fleksibel untuk berbagai aplikasi. Penggunaan warna-warna utama seperti kunyit emas, putih kusam, dan merah lembayung dipilih sebagai simbol harmoni antara modernitas dan tradisi. Seluruh elemen ini dirancang bukan hanya untuk memperindah tampilan, tetapi juga untuk bercerita, di mana setiap detail membawa narasi budaya yang dapat dikenali bahkan tanpa penjelasan panjang. Logo ini sekaligus menjadi representasi visual ruang publik yang difasilitasi Indonesia Kaya. Identitas visual baru diharapkan dapat menjadi simbol tempat berkumpul bagi orang-orang yang ingin melestarikan kebudayaan, khususnya seni pertunjukan.

Tidak berhenti di logo, Evan Wijaya juga bekerjasama dengan wacanatype untuk merancang sebuah custom font bernama Aksana sebagai perpanjangan dari visual utama. Aksana dirancang untuk merayakan kekayaan rupa dan makna budaya Nusantara melalui bentuk huruf yang khas. Terinspirasi dari berbagai aksara lokal Indonesia, tipografi ini diharapkan dapat menghadirkan harmoni antara bentuk tradisi dan ekspresi modern. “Aksana merangkum semangat merayakan kekayaan rupa dan makna dari kebudayaan Nusantara melalui bentuk huruf yang khas,” tambah Evan.
Menurut Evan, pembaruan ini tidak sekadar soal estetika baru, tetapi sebuah upaya menjaga relevansi budaya di mata generasi muda. “Saya rasa ini cara yang baik untuk tetap membuat brand ini relevan ke generasi mendatang, karena merekalah yang akan meneruskan budaya nenek moyang,” ungkapnya. Pembaruan jenama Indonesia ini menurut Evan bukan sekadar upaya peremajaan estetika, tetapi juga upaya menjaga agar warisan budaya tetap relevan dan dekat dengan masyarakat, khususnya generasi muda.
Pembaruan identitas visual Indonesia Kaya menjadi salah satu upaya strategis untuk menjawab tantangan zaman. Dalam era di mana generasi muda menjadi kunci penerus tradisi, identitas visual yang mampu berbicara dengan bahasa yang mereka pahami menjadi sangat penting. Dengan tampilan yang lebih segar dan pendekatan yang lebih adaptif, Indonesia Kaya diharapkan terus berperan sebagai penghubung antara warisan masa lalu dan ekspresi masa depan, menghadirkan budaya dalam wujud yang tetap autentik sekaligus lebih mudah diakses oleh khalayak luas.