Wajah Baru Jaya Suprana Institute oleh Visious x SPOA

Pada Februari 2024 lalu, Jaya Suprana meresmikan Gedung Jaya Suprana Institute (JSI) di kawasan Gading Kirana, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Sebelumnya berlokasi di Mall of Indonesia, Gedung Jaya Suprana Institute ini menaungi Galeri MURI, Jaya Suprana School of Performing Arts (JSPA), dan Laskar Indonesia Pusaka (LIP). Bersamaan dengan peresmian gedung baru yang dirancang ulang oleh SPOA (Small Perception Object Alternative) yang digagas oleh Rahmat Indrani, Jaya Suprana Institute juga mengenalkan identitas visual teranyar yang dirancang oleh Visious, studio desain yang berbasis di Jakarta. Berangkat dari pilar-pilar yang diusung oleh Jaya Suprana sendiri, JSI ingin menggelorakan semangat kebanggaan nasional, menaungi talenta-talenta pertunjukan Indonesia, dan menampilkan serta mengarsipkan kemegahan MURI yang berdiri sejak 1990. Dalam perancangan wajah baru JSI, Galeri MURI, dan JSPA, Visious menerjemahkan visi tersebut ke dalam bentuk desain branding identitas dan spasial. Kepada Grafis Masa Kini, Visious, SPOA, serta Shari Semesta dari JSPA berbagi soal proses perancangan identitas jenama JSI, JSPA, serta spasial Galeri MURI.

Penjenamaan ulang atau re-branding Jaya Suprana Institute berangkat dari kebutuhan visual yang tidak dipikirkan sebelumnya. Berdasarkan penuturan Shari, sekolah Jaya Suprana selama ini memprioritaskan program-programnya alih-alih wajah dari jenamanya sendiri. “Founder-nya, Pak Jaya Suprana memang seorang musisi, jadi yang kami pikirkan hanya program-program musik dan pertunjukannya saja. Secara look kurang dipikirkan. Nah, kami pun sudah berkembang, enggak cuma sekolah musik saja, tapi kita juga melakukan acara-acara besar yang berkolaborasi dengan lembaga atau komunitas performing arts lainnya. Makanya, the need to rebrand the institute itu sangat penting in order to be able to represent ourselves well,” cerita Shari. Lahirnya identitas baru JSI ini pun beriringan dengan gedung baru oleh Rahmat Indrani dari SPOA yang memanfaatkan kembali ruko terbengkalai menjadi bangunan multifungsi yang bisa mewadahi berbagai aktivitas kreatif yang padat. “Museum, galeri, office, sekolah musik, dan area pertunjukan—bagaimana semua fungsi dapat harmonis dan berfungsi dengan baik dan maksimal,” jelas Rahmat Indrani. Di tengah perancangan gedung baru oleh SPOA, Jaya Suprana Institute menggandeng Visious untuk memberikan sentuhan baru pada jenamanya. 

Derrie Kleefstra, Design Director dari Visious mengatakan bahwa di awal, timnya diminta untuk merespons desain ruang yang telah dirancang oleh SPOA. “Saat kita lihat prosesnya waktu itu, di bangunan karya Rahmat Indrani, banyak ruang-ruang yang kosong. Nah, kami merespons ruang tersebut. Cukup challenging karena harus berpikir bagaimana memindahkan begitu banyak kebutuhan JSI ke tempat baru,” kenang Derrie. Melihat perpindahan gedung ini sebagai awal yang baru, Visious pun merancang identitas yang segar untuk Jaya Suprana Institute dengan berbagai lembaga yang dinaunginya. Secara gagasan, Visious mengangkat nilai yang mencerminkan esensi dari Jaya Suprana Institute sendiri sebagai lembaga yang inklusif, berpandangan ke depan, mendukung dan menghargai bakat-bakat indonesia serta warisan budayanya, juga merangkul pertumbuhan dan keterlibatan global. Secara visual, logo Jaya Suprana Institute sebagai identitas yang baru merupakan cerminan dari visi kreatif dari Jaya Suprana dan Aylawati Sarwono selaku pengagas. Logo JSI terbentuk dari sejumlah obyek lengkung yang membentuk huruf “J”, “S”, dan “I”. Visual yang dinamis untuk logo tersebut ternyata terinspirasi dari batik karya Jaya Suprana serta tarian Aylawati Sarwono. “Kenapa bentuk logo JSI seperti itu, ya karena banyak terinspirasi dari batik Pak Jaya dan Bu Ayla sendiri yang adalah seorang penari. Kami mengambil konsep dinamis dan pergerakannya dari visinya sebagai penari,” jelas Derrie. Palet warna identitas visual JSI pun nampak elegan dengan dominan warna-warna tanah yang menjadi ciri khas warna kain batik yang dirancang Jaya Suprana seperti cokelat, merah marun, putih gading, hijau gelap, dan hitam.

ZOOM

Kesempatan penciptaan identitas visual baru ini pun ikut diambil oleh Jaya Suparana School of Performing Arts (JSPA). Shari Semesta mengatakan bahwa seiringan dengan pembaharuan identitas JSI, penting bagi JSPA untuk ikut hadir dengan wajah baru yang lebih segar, dekat, dan kohesif dengan keseluruhan gedung baru. “JSPA itu kerjaannya sangat dinamis, enggak hanya sekolah musik. Kita juga menyelenggarakan festival adan acara budaya. Aku ingin secara brand dan visual itu lebih dinamis, muda—youthful—bukan sesuatu yang terlihat terlalu serius,” ungkap Shari. JSPA sendiri ingin menujukkan diri sebagai ruang yang mewakili musisi-musisi muda yang merintis karier bersama dengan sekolah tersebut. Saat menurunkan brief ke tim Visious, Shari memberi catatan untuk visual yang lebih dekat ke audiens muda yang luas, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa muda. “Kami mau yang masuk ke university students tapi tetap terlihat playful enough untuk menggaet anak-anak kecil yang baru mulai belajar drum, tari. Makanya, the colors and shapes dibuat menarik untuk mereka,” katanya lebih lanjut. Sesuai dengan visi kreatif yang disampaikan Shari, logo JSPA sendiri memiliki bentuk-bentuk yang playful dan mudah diingat. Berdasarkan keterangan tim Visious, bentukyang berbeda-beda dari setiap huruf mewakili keberagaman bakat dan sifat masing-masing murid JSPA yang didukung oleh sekolah melalui kesatuan gerak dan pendengaran. Logo juga mewakili berbagai not balok yang sangat lekat dengan elemen musik. Di lain sisi, palet warna yang dirancang Visious untuk JSPA berbeda dengan JSI. Alih-alih mempertahankan keeleganan, warna untuk JSPA lebih dinamis dan muda—mencerminkan kemeriahan atau festive-nya pagelaran seni pertunjukan yang dihadirkan oleh JSPA. Sentuhan tata letak untuk foto serta ilustrasi tampil dengan kohesif dan merangkum keharmonisan identitas baru dari JSPA—tak lupa menggambarkan semangat muda yang penuh antusiasme dan gerak dinamis.

Merancang wajah baru untuk sebuah lembaga bukanlah proses yang sederhana. Namun, Visious dan Jaya Suprana Institute sependapat ketika menyatakan bahwa proses ini menyenangkan. “Kalau untuk identitas JSI dan JSPA itu prosesnya menyenangkan. Dari apa yang dipresentasikan langsung merucut ke visi dan titik kami berangkat dari mana,” cerita Derrie. Shari menambahkan bahwa dalam proses perancangan identitas JSI dan JSPA, banyak dialog dan diskusi yang berlangsung. “Prosesnya super fun! Dari awal aku merasa visi dan pesan yang mau disampaikan itu jelas. Semua feedback dipikirkan dengan baik, lalu kami banyak diskusi, berdialog. Input dari Mas Rahmat juga jadi penting banget untuk kami pertimbangkan,” cerita Shari. Saat ditanya soal tantangan dalam proyek ini, Derrie merasa bahwa ia dan timnya menemukan proses yang lebih kompleks ketika mendesain Galeri MURI. Berdasarkan cerita Rahmat Indrani, SPOA dan Visious harus mempertajam detail terhadap bangunan lama yang ternyata punya karakter bentuk yang unik. “SPOA mengajak Visious untuk melihat potensial visual di balik bentuk-bentuk tersebut yang muncul dari respons terhadap bangunan lama,” ungkap sang arsitek. Dalam merespons bangunan tersebut, Visious harus menyesuaikan banyak hal. “Buat Galeri MURI itu banyak yang harus kami adjust, bahkan sesederhana warna tembok. Visious juga harus merespons ruangan yang sudah dirancang oleh SPOA. Galeri itu banyak sudut yang harus kita warnain dan itu prosesnya berkali-kali karena pas kita desain secara digital sudah oke, ternyata pas di tembok terlihat kurang pas,” cerita Derrie mengenai proses yang menantang ini. Tak hanya itu, Visious harus memikirkan jumlah barang yang masuk dalam setiap dinding kosong di bangunan tersebut. “Kita sudah siapkan cutting stickers untuk milestones MURI yang mengisi dinding di lantai satu. Itu lumayan challenging secara desain. Segala kebutuhan terkait catatan MURI, kita harus mapping dulu kategorinya, letaknya di mana, mau dieksplor seperti apa, baru kita desain,” cerita Derrie. 

Dalam proses yang kompleks ini, muncul gagasan-gagasan kreatif yang menjadi sentuhan pelengkap rumah baru dari Jaya Suprana Institute ini. Karya Jaya Suprana sebagai kartunis menginspirasi Visious untuk menyematkan karakter-karakter legendaris Jaya Suprana ke dalam desain spasial gedung ini. “Pak Jaya itu kartunis. Jadi kita pakai karakter-karakter dia untuk di tangga, di sudut-sudut bangunan. Jadi, semua ruang itu ada sentuhan Pak Jaya juga,” jelas Derrie lebih lanjut. 

Wajah baru Jaya Suprana Institute dan lembaga-lembaga di dalamnya tak hanya estetika visual untuk dilihat mata, melainkan kesempatan untuk memberikan pengalaman yang berbeda dalam menikmati program-program yang ditawarkan. Menutup perbincangan, Shari Semesta menyatakan bahwa wajah dan rumah baru ini mendefinisikan ulang Jaya Suprana Institute dan menekankan nilai-nilainya dalam menjadi wadah bagi seni pertunjukan yang progresif namun tetap menjaga kemurnian budaya Indonesia.

Slide-1
Slide-2
Slide-3
Slide-4
Slide-5
Slide-6
Slide-7
Slide-8-REVISI)
Slide-9
Slide-10
Slide-11
Slide-12
Slide-13
Slide-14
Slide-15
Slide-16
Slide-17
Slide-18
Slide-19
Slide-20
Slide-21
Slide-22
Slide-23
Slide-24
Slide-25
Slide-26
Slide-27

Project Credit:

SPOA: Rahmat Indrani & Team

Visious: Rege Indrastudianto, Derrie Kleefstra, Ratna Yuriasari, Priska Asriani, Rival Ronaldi, Nadira Wahono, Irfan Fadhilah, Karima Saptarani, garyanes, Budi Wismaya, Wilsen A. Hananto, Tytton Sishertanto, Aufar, Arman Arief Rachman & Serum Team

Foto: Leandro Siringoringo, Tedoy Edho

About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.