Suka Studio dan Evolusi Kreatifnya

Dari animasi, desain identitas brand, hingga ilustrasi, Suka Studio menawarkan praktik visual yang beragam di industri kreatif. Di balik namanya yang kini tak lagi asing, ada tantangan dan keputusan penting yang berawal dari impian para co-founders untuk memiliki studio kreatif sendiri. Perjalanan Suka Studio sendiri telah melewati berbagai fase—dari eksperimen awal, perubahan struktur tim, hingga akhirnya menemukan identitasnya sebagai sebuah studio yang terus berkembang dan menghasilkan karya-karya terbaik. Grafis Masa Kini berbincang dengan Faddy Ravydera Montery, Co-Founder Suka Studio, untuk mengenal lebih dalam perjalanan dan praktik studio ini.

Suka Studio lahir dari perjalanan panjang. Dibentuk pada tahun 2016 oleh sekelompok teman dengan semangat yang sama, Suka Studio awalnya belum menemukan fokus yang jelas dan masih mengerjakan berbagai jenis proyek yang ditawarkan, mulai dari produksi video, fotografi, hingga desain media sosial. “Awal kami jalan itu memang secara fondasinya masih belum kuat. Kami ingin punya studio seperti apa itu masih belum mantap. Saat gue tahu ingin punya studio seperti apa, pas ngejalaninnya ternyata enggak se-smooth itu,” cerita Faddy. Pada 2018, terjadi perombakan besar dalam struktur tim, hingga akhirnya studio ini hanya dikelola oleh dua orang, yaitu Faddy dan Tantra Hardiantra yang akhirnya mulai mengarahkan fokus utama Suka Studio pada dua bidang: desain dan ilustrasi. Pada tahun 2020, Suka Studio memperluas cakupannya dengan menambahkan animasi. Keputusan ini didorong oleh situasi pandemi, di mana banyak klien mencari alternatif selain produksi video live-action. Dengan adanya tim baru yang memiliki latar belakang animasi, Suka Studio berhasil memanfaatkan momentum tersebut untuk berkembang lebih jauh. “Covid itu sebetulnya jadi semacam blessing in disguise kalau buat kami karena banyak orang yang tidak bisa syuting, lalu jadi banyak yang minta bikin animasi. Akhirnya, kami coba berani bikin animasi, dan sampai hari ini kami fokus ke tiga disiplin utama yaitu desain, ilustrasi, dan animasi,” ungkap Faddy.

zoom

Sebagai studio yang memiliki tiga bidang utama, Suka Studio menghadapi tantangan dalam membagi peran dan mengelola workflow. Faddy, selaku Creative Director, pada awalnya harus menangani semua aspek kreatif, mulai dari desain hingga animasi. Namun, seiring pertumbuhan tim, Suka Studio mulai membentuk struktur yang lebih terorganisir. Agar lebih efisien, Suka Studio memiliki kepala divisi di setiap bidang: desain, ilustrasi, dan animasi. Mereka bertanggung jawab untuk mengarahkan dan memastikan proyek berjalan sesuai visi kreatif yang diinginkan. Menjaga koordinasi dan komunikasi antara tim dan klien adalah hal yang krusial bagi Suka Studio, mengingat setiap proyek memiliki skala dan kompleksitas yang berbeda-beda. Dengan sistem ini, Suka Studio mampu mengelola berbagai proyek dengan lebih terstruktur tanpa mengorbankan kualitas kreatifnya.

Hingga hari ini, Suka Studio telah mengerjakan proyek dengan klien yang beragam. Dari cakupan desain grafis, Suka Studio pernah merancang identitas visual untuk Museum Bank Indonesia yang terinspirasi dari perjalanan ekonomi bangsa Indonesia yang dinamis dan menuju masa depan yang lebih digital. Studio ini juga merupakan tim kreatif di balik identitas visual Nusantara International Convention Center, Gereja Immanuel Jakarta, JAKHABITAT, Tebet Eco Park, dan masih banyak lagi. Selain desain grafis, Suka Studio juga mengerjakan animasi komersial untuk beberapa brand seperti Decolgen. Belum lama ini, Suka Studio digandeng VINDES untuk sebuah proyek animasi berdurasi 15 menit dengan klien BBC Media Action. “Proyek ini fokusnya membahas isu lingkungan, dan VINDES approach proyek ini lewat konten omnibus short movie yang salah satu episodenya berbentuk animasi,” cerita Faddy. Dapat bermain dengan imajinasi yang “liar”, VINDES dan Suka Studio membawa cerita tentang kerusakan lingkungan dengan pendekatan horor nan manusiawi. “Animasi ini bercerita tentang setan-setan di Indonesia gitu,” kata Faddy, menjelaskan. Dengan narasi yang telah dikerjakan tim VINDES, Suka Studio menghidupkan karakter-karakter setan ini dengan perilaku yang sangat ‘dekat’ dengan keseharian manusia. “Kami bermain-main dengan imajinasi banget. Kami mencoba menciptakan karakter setan Indonesia yang tidak menyeramkan, menunjukkan sisi yang baik dan baru menjadi ‘jahat’ setelah diganggu manusia,” lanjutnya. Proyek animasi bersama VINDES ini menjadi salah satu proyek yang berarti bagi Suka Studio, selain karena kerja sama yang seru, Faddy mengatakan bahwa proyek ini merupakan animasi terberat dan terpanjang yang pernah Suka Studio buat. Tentunya, proyek ini menjadi pengalaman bagi Suka Studio dan mendorong para animator di baliknya untuk melahirkan lebih banyak karya animasi.

Proyek lain yang menjadi tonggak penting bagi Suka Studio adalah Tebet Eco Park. Awalnya, Suka Studio ragu untuk mengerjakan proyek pemerintahan karena kompleksitas administratif dan birokrasi yang menyertainya. Namun, setelah mempertimbangkan potensi portofolio dan dampak proyek ini, mereka memutuskan untuk mengambil tantangan tersebut. Proyek ini cakupannya luas, mulai dari branding, signage, hingga pembuatan buku konsep. Prosesnya pun tidak mudah, terutama karena Suka Studio masuk di tengah-tengah proyek yang sudah berjalan. “Awalnya, yang desain identitas Tebet Eco Park adalah arsiteknya, yaitu SIURA Studio, tapi karena itu bukan scope mereka, jadi kami yang melanjutkan,” cerita Faddy. Tim Suka Studio harus beradaptasi dengan desain sebelumnya dan menghadapi berbagai tantangan dalam berkomunikasi dengan pihak kontraktor serta pemerintah. Meskipun prosesnya panjang dan penuh tantangan, proyek ini membawa dampak positif bagi Suka Studio. Selain meningkatkan visibilitas studio, proyek ini juga membuka peluang kerja sama baru dengan berbagai pihak, termasuk pengembang properti yang tertarik dengan hasil kerja mereka. “Lumayan panjang prosesnya. Tapi dari sini kami jadi membangun relasi dengan banyak pihak. Masih ada beberapa pihak yang berhubungan baik dengan kami. Proyek Tebet Eco Park ini membuka kesempatan yang sangat besar,” ungkap Faddy.

Selain mengerjakan proyek klien, Suka Studio juga memiliki passion project yang menjadi ruang eksplorasi bagi timnya. Program yang pernah mereka jalankan adalah "Creative Overdose," di mana mereka menciptakan produk berbasis ilustrasi, seperti scarf. Selain itu, Suka Studio pernah bereksperimen dengan pembuatan board game. Walau sekarang sudah jarang dilakukan karena cukup banyak proyek klien yang masuk, Suka Studio masih memiliki semangat untuk meneruskan passion project-nya. Bagi Faddy sendiri, adanya passion project sangat penting bagi tim Suka Studio, mengingat banyak dari mereka yang adalah seniman—ada keinginan untuk merancang sesuatu dengan bebas dan penuh eksperimentasi. 

Suka Studio memiliki visi untuk terus berkembang dan meningkatkan standar kualitas karyanya. Dalam bidang desain dan ilustrasi, mereka bercita-cita untuk lebih banyak berpartisipasi dalam kompetisi dan penghargaan internasional—mengeksplorasi pasar luar negeri dan melihat peluang untuk memperluas jaringan. Di bidang animasi, studio memiliki impian untuk dapat bersaing di industri film. Terinspirasi oleh studio-studio besar seperti Ghibli, Suka Studio menciptakan karya yang memiliki nilai sinematik tinggi. Dengan semangat eksplorasi dan inovasi yang terus mereka jaga, Suka Studio berkomitmen untuk terus menciptakan karya-karya yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga memiliki makna dan dampak bagi banyak orang.

suka-studio-22
suka-studio-23
suka-studio-24
suka-studio-25
suka-studio-26
suka-studio-27
suka-studio-28
suka-studio-29
suka-studio-30
suka-studio-31
suka-studio-32
suka-studio-33
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.