SADAYA Pameran: Rayakan Keberagaman Lewat Karya Kolaboratif Lintas Abilitas

Tab Space dengan dukungan Dana Indonesiana mempersembahkan SADAYA Pameran—sebuah presentasi karya hasil rangkaian seleksi terbuka, residensi, dan kolaborasi lintas disiplin yang mempertemukan seniman neurodivergen dari Jawa Barat dengan para praktisi industri kreatif di Bandung. Kata “sadaya” sendiri dalam bahasa Sunda memiliki arti “semua”. Nama ini dipilih sebagai undangan untuk merayakan keberagaman, menerima yang berbeda tanpa syarat, dan mengakui bahwa setiap cara melihat dunia layak mendapat tempat. Sejalan dengan apa yang disuarakan Tab Space selama ini, karya-karya yang dipresentasikan dalam pameran ini menegaskan pentingnya seni sebagai ruang perjumpaan yang setara dan inklusif.

Proses residensi yang disebut SADAYA Poject ini berlangsung dari bulan Mei hingga Juli 2025 secara hibrida. Enam seniman dipasangkan dengan enam kolaborator dari praktisi kreatif (dari sektor kriya, apparel, kuliner hingga musik). Pertemuan awal mereka diwadahi dalam kegiatan presentasi portofolio dan matchmaking yang berlangsung selama tiga hari. Kemudian, berdasarkan minat satu sama lain dan potensi karya yang akan dihasilkan, lahirlah pasangan-pasangan  koloborasi yang terdiri dari: 1. Cadrilla Bareno (seniman/direktur kreatif dengan ADHD) x Fawn & Luna (jenama buku agenda), 2. Darren Chandra (seniman dengan autisme) x Baker Street (toko roti, restoran, dan kelas memasak), 3. Dewi Nurlaela (seniman/ilustrator dengan autisme) x Ame Raincoat (fashion apparel), 4. Dewi Nurlaela (seniman/ilustrator dengan autisme) x KYOMI (keramik), 5. Gandari Irianti (seniman dengan skizoafektif, bipolar) x VISVAL (fashion apparel), 6. M. Rafi Athalah (seniman dengan autisme) x  Syarikat Idola Remaja (musisi) x Ame Raincoat (fashion apparel), 7. Septa Anggitayuda (seniman dengan skizofrenia) x VISVAL (fashion apparel).

Dalam prosesnya, para seniman dan kolaborator mengalami dinamika yang kaya: adaptasi terhadap lingkungan baru, dialog lintas latar belakang, serta perjumpaan dengan ide-ide segar yang kemudian terwujud dalam bentuk karya. SADAYA menjadi ruang di mana perbedaan cara berpikir, merasakan, dan mengekspresikan diri bukan dipandang sebagai keterbatasan, melainkan sumber kekuatan kreatif. 

“Dalam SADAYA Project, percakapan kecil antara seniman dan kolaborator menjadi penting—dari perbedaan hingga kesepahaman—semuanya berperan melahirkan kemungkinan artistik baru,” ujar tim kurator yang terdiri dari Agung Hujatnikajennong, Faisal Rusdi, dan Imaniar.

Selain melahirkan karya seni, kolaborasi dalam SADAYA Project ini juga diharapkan menghasilkan produk yang adaptif dan inklusif, sehingga pengguna dengan disabilitas juga dapat turut mendapatkan manfaatnya. Inilah salah satu alasan mengapa kolaborator yang dikurasi dan ditunjuk langsung oleh kurator merupakan praktisi/professional yang selaras dengan visi ini. 

Tidak hanya pameran karya dan produk yang bernilai jual, keluaran dari program ini juga diantaranya lokakarya dan gelar wicara dengan seniman. Hal ini dilaksanakan untuk memberikan pengalaman yang lebih dalam kepada masyarakat mengenai kolaborasi karya lintas abilitas ini. 

Melalui karya-karya yang dipamerkan, SADAYA Pameran mengajak publik untuk tidak hanya mengapresiasi hasil akhir, tetapi juga menyelami proses kreatif di baliknya: kesabaran, keberanian, dan kegembiraan yang lahir dari kerja bersama. Pameran ini dibuka untuk publik hingga 20 September 2025 di NuArt Sculpture Park, Jl. Setrasari L6, Bandung.

web-22
web-23
web-24
web-25
web-26
web-27
web-28
web-29
web-30
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.