Identitas Baru Pledis dan Kesadaran Desain dalam Industri K-pop

Desain grafis dalam industri hiburan Korea Selatan, yang dikenal luas lewat istilah K-pop, kini menjadi sorotan tersendiri, berdiri di antara aspek lainnya: musik, panggung, dan figur. Secara halus, desain grafis membentuk persepsi publik terhadap karya musik, artis, hingga sebuah label hiburan. Hal itu terwujud karena kesadaran akan desain yang baik dalam industri ini pun semakin bertumbuh, mengingat penikmat yang semakin kritis terhadap apa yang “dikonsumsi” mereka. Bayangkan, kamu sudah menabung dari gajimu untuk satu rilisan K-pop tapi album yang kamu dapatkan tidak memiliki desain yang mencerminkan karya musik ataupun konsep yang diusung—atau sesederhana desain yang tidak teratur. Tentunya, sebagai penggemar (dan juga konsumen), rasa kecewa akan muncul. Maka itu, beberapa tahun terakhir ini, industri K-pop mulai merangkul studio-studio desain besar untuk “mengambil alih” area desain grafis dari produk-produknya.

Di tengah dunia yang serba digital, penjualan produk fisik di industri K-pop memang masih meraup pendapatan yang substansial. Jadi, ketika penggemar musik sidestream menuntut kebangkitan rilisan fisik, dalam lingkaran mainstream yang dinamakan fandom K-pop ini, budaya rilisan fisik masih lestari. Dalam artikel A look inside the K-pop design machine, James Chae, desainer asal Korea-Amerika, menemukan bahwa untuk satu rilisan, sebuah band K-pop memproduksi beragam produk fisik, mulai dari album, kartu foto koleksi, hingga merchandise.  Pada 2023 sendiri tercatat bahwa penjualan produk fisik menyumbang 31 persen dari total penjualan produk K-pop. Dengan tingginya permintaan terhadap produk fisik, tentunya kebutuhan dan kesadaran akan desain yang baik pun ikut melonjak.

Semua kendali keputusan kreatif sebuah band K-pop, termasuk konsep desain, berada di tangan agensi atau labelnya. Maka, penting bagi agensi atau label untuk memiliki kesadaran desain yang baik alih-alih hanya mengedepankan estetika yang sedang naik daun. Bagaimana kita bisa membaca bahwa sebuah label K-pop memiliki kesadaran desain? Salah satu hal yang dapat kita soroti adalah penerapan identitas brand dari label itu sendiri. Desain identitas visual dari sebuah label yang baik dapat merepresentasikan langsung narasi dan nilai-nilainya. Dari logo agensi hingga sistem visual yang diturunkan, setiap elemen membawa pesan tentang bagaimana sebuah perusahaan melihat dirinya dan ingin dilihat oleh dunia.

Kesadaran desain tampak dalam langkah yang diambil Pledis Entertainment pada Agustus 2025. Label yang menaungi grup besar seperti SEVENTEEN, fromis_9, dan TWS ini berkolaborasi dengan Plus X, studio desain ternama asal Seoul, Korea Selatan, yang juga dikenal lewat kolaborasinya dengan HYBE hingga Samsung. Meski Pledis Entertainment telah lama dikenal melalui prestasi artis-artisnya, namun secara korporat, perusahaan ini belum memiliki identitas visual yang kuat. Hal ini menciptakan jarak antara artis dan perusahaan di baliknya. Rebranding pun dilakukan untuk menyamakan citra tersebut ke dalam satu narasi visual. Bersama Plus X, Pledis merumuskan brand core baru yang menjadi fondasi seluruh sistem desain: Performance becomes the Pulse.

Dalam keterangan resmi di Behance-nya, Plus X menyatakan bahwa kalimat tersebut merepresentasikan keyakinan bahwa setiap gerak dan ritme dari artis-artis Pledis mampu menggerakkan dunia; bahwa performa merupakan denyut yang menyatukan musik dan penggemar.

Filosofi tersebut juga dimanifestasikan langsung lewat desain logo baru Pledis. Menggabungkan tipe huruf serif italif dengan sans-serif roman, logo tersebut menciptakan keseimbangan antara sesuatu yang ekspresif dan yang lebih korporat. Kedinamisan serif italic memberikan kesan gerak, layaknya ritme dan koreografi. Di lain sisi, sans-serif roman menghadirkan kestabilan dan nuansa modern. Interaksi antara dua tipe huruf tersebut mencerminkan sense of motion and rhyhm khas Pledis Entertainment. Dengan berbagai kebutuhan turunan visual, logo tersebut juga terasa elegan dan fleksibel—mudah beradaptasi di berbagai konteks visual: sampul album hingga tampilan digital.

Dalam sistem visual baru ini, Pledis memperkenalkan warna utama yaitu Pledis Red—rona merah yang menjadi simbol semangat, potensi, dan energi kreatif. Berfungsi sebagai titik fokus yang menghidupkan seluruh identitas visual, warna ini menciptakan kesan berani. Demi menjaga keseimbangan dan memberi ruang ekspresi kontekstual, sistem warna sekunder dipilih dari palet kontras yang mendukung kehadiran Pledis Red. Hasilnya, perbaduan palet warna sistem visual ini mencerminkan karakter label yang energik dan bergerak secara dinamis.

Rebranding ini juga membawa sistem tipografi baru yang memiliki peran penting dalam membangun ritme visual perusahaan. Pledis menggunakan dua tipe huruf: GT Alpina, tipe serif dengan karakter miring yang elegan dan berdampak tinggi secara visual; GT America, sans-serif yang fleksibel dan mudah diterapkan di berbagai format. Keduanya menciptakan nuansa kontras yang seimbang—menjadi alat komunikasi yang “seritme” dengan keseluruhan sistem visual.

Sistem desain yang diaplikasikan dengan apik merupakan salah satu kekuatan utama dari proyek rebranding ini. Penerapan yang komprehensif dari sistem visual ini berangkat dari desain yang dapat beradaptasi di berbagai medium—mulai dari welcome kit karyawan, materi promosi artis, laman web, hingga media sosial—semua beroperasi dalam satu bahasa visual yang selaras. Pendekatan adaptatif ini mencerminkan craftmanship khas Plus X, di mana setiap detail—komposisi huruf, tata letak, kontras warna—dikerjakan dengan tingkat presisi yang tinggi dan memikirkan fungsionalitas.

Rebranding yang dilakukan oleh Pledis Entertainment ini sejalan dengan transformasi dalam industri K-pop, di mana desain kini menjadi struktur naratif alih-alih hanya sekadar dekorasi. Dalam industri yang dipenuhi konten visual fragmentaris, konsistensi dan kejelasan desain dapat membantu label mempertahankan brand equity—menjadikan setiap sistem visual sebagai bagian identitas yang melekat dengan keseluruhan nilai sebuah label. Pledis, melalui sistem visual barunya, mencoba menunjukkan bagaimana nilai-nilai perusahaan bisa hadir secara stabil, namun kuat di setiap interaksi.

Langkah ini juga menjadi gambaran bagaimana kesadaran desain kini kian matang matang di dunia K-pop. Jika sebelumnya desain hanya berfungsi untuk mendukung kebutuhan promosi, kini ia menjadi alat strategis untuk membangun persepsi jangka panjang. Studio seperti Plus X memainkan peran penting dalam fase ini: mempertemukan pendekatan korporat dengan sensibilitas artistik khas Korea. Pledis Entertainment juga menunjukkan bahwa keberhasilan sebuah label musik tidak hanya bergantung pada artis dan performanya, tetapi juga pada kekuatan identitas yang konsisten dan bermakna. Konsep Performance becomes the Pulse menjadi sistem desain dalam satu ritme yang beresonansi secara harmonis dengan perusahaan. Dalam konteks K-pop yang terus berkembang, langkah ini menandai babak baru: di mana desain grafis menjaga agar keseluruhan ekosistem hiburan tetap terarah dan relevan.

Sebagai penikmat K-pop, kami merasa rebranding ini juga menjadi evolusi cara kita melihat dan merasakan K-pop. Identitas visual yang jelas mencerminkan nilai-nilai perusahaan yang dapat secara kasat mata dibaca oleh penggemar. Kesadaran desain yang baik—dibuktikan dengan kepedulian perusahaan terhadap branding-nya sendiri—juga menumbuhkan kepercayaan bahwa perusahaan tidak akan mengabaikan pentingnya desain yang baik untuk rilisan artis-artisnya. 

web-19
web-20
web-21
web-22
web-23
web-24
web-25
web-26
web-27
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.