Malang Design Wave 2024: Semangat Kolaborasi Para Desainer
Resmi dibuka pada 17 November lalu, Malang Design Wave (MDW) merayakan semangat kolaborasi dan antusiasme para pelaku desain. Malang Design Wave sendiri menyuguhkan berbagai kegiatan yang menarik dan inspiratif bagi para pegiat industri desain. Sebanyak 32 cabang acara diinisiasi oleh MDW sebagai wadah untuk memberi ruang kolaborasi antara stakeholder dan beragam ilmu desain. Menggandeng 37 kolaborator dengan beragam latar belakang, Malang Design Wave ikut mendukung ekosistem kreatif di kota Malang sendiri. Menggali lebih dalam soal gelaran ini, Grafis Masa Kini berkesempatan untuk berbincang dengan Dimas Fakhrudin dan Rezza Alam dari Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) Chapter Malang, salah satu inisiator dari Malang Design Wave.
Malang Design Wave pertama kali digagas pada 2019 lalu dengan semangat menjadi wadah untuk para desainer berkumpul dan berjejaring. Menurut keterangan Dimas, di Malang sendiri ada banyak studio desain; grafis, produk, hingga UI/UX. Selain itu, Malang sendiri merupakan salah satu kota pelajar di Indonesia, dengan banyak kampus yang memiliki program pendidikan Desain Komunikasi Visual (DKV). “Kita ingin MDW jadi wadah semua praktisi desain; entah akademisi, pelaku industri, mahasiswa, atau peminat desain secara umum. Acara ini juga ingin menjadi ajang kenalan dan koneksi karena di Malang, kadang antar studio itu tidak saling kenal. Di MDW kita mau semuanya saling kenal,” ungkap Dimas.
Sesuai tema “In Between”, Malang Design Wave merayakan peran desainer sebagai perantara—jembatan dari apa yang dipikirkan oleh klien, audiens, dan sesama desainer. Maka, dalam praktik acaranya, Malang Design Wave tidak hanya melibatkan praktisi desain grafis, melainkan disiplin desain yang lain untuk mendapatkan perspektif yang lebih luas mengenai posisi desainer sebagai perantara. “Tidak hanya ada grafis. Acara kami juga melibatkan desainer interior, UI/UX, desainer produk, hingga arsitektur. Ketika berbicara soal profesi desain, desainer menjadi jembatan,” kata Dimas. Beberapa kolaborator dari berbagai latar belakang desain yang berpartisipasi dalam gelaran Malang Design Wave antara lain Lettering Malang, ADGI Malang, Ciri Diri- Mahardhian, Setara Langit x Maharani Design Studio, Aftertaste X Kalstud, Studio Sugarnuts Indonesia, DKV UB, Renmeraki, ID Football Artist, Binus University, dan masih banyak lagi. Latar belakang kolaborator yang berbeda-beda membuat Malang Design Wave kaya—memberikan ruang belajar lebih luas bagi para peserta. “Bagi yang datang, harapannya bisa dapat insights dari hal-hal di luar apa yang mereka kerjakan. Teman-teman yang fokus ke template grafis bisa dapat pengetahuan soal arsitek, misalnya, lalu siapa tahu ada kolaborasi,” jelas Reza.
Tak hanya bagi praktisi profesional desain, mahasiswa desain pun bisa mendapatkan pengetahuan tentang industri secara nyata, sehingga mereka dapat mempelajari kebutuhan bagi seorang desainer ke depannya. “Salah satu program yang menarik di Malang Design Wave adalah Studio Visit. Jadi, ada sepuluh studio yang bisa dikunjungi oleh audiens dan mahasiswa. Malang sendiri punya banyak studio, tapi tidak banyak yang saling kenal, jadi mau mampir pun masih sungkan. Dengan berkunjung ke studio-studio, praktisi desain maupun mahasiswa bisa menggali informasi tentang bagaimana running a studio,” imbuh Dimas. Beberapa kolaborator yang berpartisipasi dalam studio visit MDW 2024 antara lain Slidesgun, RRGraph Design, WOF, Pitstud, Typia Nesia Studio, Studio Moara, Dharmas Studio, Wolftagon, Heykamaji, dan Heroes Music.
Tak hanya itu, MDW juga membuka forum diskusi bagi para desainer untuk mengembangkan diskursus desain. Design Talk hadir dalam rangka menguatkan industri desain Malang dengan mendatangkan narasumber dengan topik yang menarik untuk dibahas dalam setiap acaranya. Beberapa perbincangan yang turut memeriahkan rangkaian MDW; Posters In Playback: Membaca Desain Grafis Malang Lewat Arsip Poster Musik Medio 2010-2025, Harmony in Simplicity: Mastering Strong Brand Identity through Minimalist Design, The Sonic Identity: Music and Sound in Modern Branding, Behind the Design, Design Town Hall by Insan Design, Bedah Karya Bersama Azka Alfi, Walking Tour, dan Kelas Pottery with Matahati by Belajar Titik.
Selain menghadirkan program-program untuk bekal desainer, Malang Design Wave juga memperkenalkan identitas visualnya yang lahir dari kolaborasi para pelaku desain di Malang. Kata “wave” sendiri yang berarti “ombak” sendiri menggambarkan banyaknya komunitas, studio, organisasi desain di Malang yang berprogres layaknya ombak. “Tidak satu kali langsung besar, tapi satu gelombang-gelombang, pelan-pelan maju,” kata Dimas. Rancangan identitas pun merupakan hasil progres kolaborasi sebagai representasi dari semangat guyub para pelaku desain di Malang. Dalam waktu yang singkat, cerita Dimas, para desainer dan kolaborator saling mendukung agar terlaksananya Malang Design Wave. Setiap studio pun punya peran masing-masing yang signifikan. Hadirnya Malang Design Wave menjadi bukti perluasan ekosistem desain di Malang. Berbagai praktik desain pun melebur—memperkaya warisan visual di daerah tersebut. Dengan adanya acara ini, para pelaku dapat saling terkoneksi, menebar jala lebih jauh lagi untuk potensi kolaborasi ke depan.