Merayakan 267 Tahun Pura Mangkunegaran dengan Identitas Visual Baru oleh Thinking*Room

Hari ulang tahun Pura Mangkunegaran ke-267, Adeging; rangkaian perayaan yang dimulai pada tanggal 17 Maret, semakin megah dengan identitas visual segar dan elegan yang digarap oleh Thinking*Room. Perayaan Adeging mengambil tema “Amemangun Karyenak Tyas ing Sasama” yang berarti “Berbuat untuk menyenangkan hati sesama manusia”.

Hubungan Thinking*Room dengan Kadipaten Mangkunegaran dimulai sebelum terciptanya identitas visual Adeging yaitu sejak terciptanya lambang kadipaten kesepuluh dalam rangka kenaikan Adipati saat ini, Sampeyan Dalem Ingkang Jumeneng Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara X, pada Januari 2023. Tim Thinking*Room bolak-balik ke Solo untuk memantapkan risetnya terkait rancangan tersebut. Karya mereka tidak berhenti pada lambang Mangkunegara X saja, namun juga pada identitas visual Taman Pracima, restoran Mangkunegaran yang menawarkan pengalaman bersantap ala kerajaan.

“Mangkunegaran itu setiap tahun ada yang namanya Adeging,” Ritter Willy Putra, Art Director Thinking*Room memulai. “Adeging itu sebenernya ulang tahun Pura Mangkunegaran yang ke-267. Makanya with that occasion mereka minta tolong ke kita juga untuk help create identity yang selaras dengan the whole identity yang sudah kita bikin untuk Mangkunegaran, buat Pracima,” jelasnya. Tim Thinking*Room melakukan riset ekstensif dengan melihat lambang Mangkunegaran sebelumnya, serta lambang kerajaan di Jawa, Asia, dan Eropa. Mereka juga menyelidiki sejauh mana identitas visual sebuah monarki dapat didorong serta berbagai potensi dan peluangnya.

Oleh karena itu, untuk mengapresiasi sepenuhnya identitas yang diciptakan untuk perayaan Adeging, Ritter dan tim harus memahami visi Adipati Mangkunegara X yang tertanam dalam lambang dan desain identitas. “Dia mau supaya Mangkunegaran itu jadi lebih relevan dengan zamannya, intinya. Lebih progressive as dia juga sebenarnyakan cukup muda. Dia mau Mangkunegaran itu progresif. Dia mau Mangkunegaran itu kayak, it can be like an IP in a way. Intinya dia mau logo Mangkunegaran itu bisa enggak hanya adanya tuh di lingkungan keadipatian saja, tapi bisa akhirnya di-apply ke macam-macam, gitu. Tapi yang penting juga adalah kita enggak boleh ngelupain bahwa Mangkunegaran itu punya history,” jelas Ritter. Proses pengembangan ide cukup ekstensif dan memerlukan pertimbangan besar sebelum tim Thinking*Room dapat mengunci identitas visual yang tepat karena sebagai desainer.m, mereka memahami fakta bahwa mereka menangani warisan yang luas dan berarti.

Dengan tema “Amemangun Karyenak Tyas ing Sasama”, identitas visual Adeging Mangkunegaran ke-267 ini kemudian diekstrapolasi dengan harapan agar acara tersebut mampu menyuguhkan keindahan untuk membahagiakan sesama manusia. Dalam memvisualisasikannya, tim Thinking*Room mengambil inspirasi dari bunga wijayakusuma serta ukiran Mangkunegaran. “Sebenernya tantangan kita [adalah] gimana bikin logo hero-nya itu enggak seperti kebanyakan logo anniversary yang sudah ada. Cenderung kebanyakan polanya seperti logo-logo yang ada di mungkin seperti anniversary korporat gitu lah. Jadi challenge-nya di sini adalah gimana bisa bikin logo anniversary yang nge-keep royalty-nya, unsur filosofisnya. So, yang jadi inspirasi kita ini adalah bunga wijayakusuma dan bentuk sulur-sulur yang ada di fisik architectural si Mangkunegaran-nya itu sendiri yang emang banyak banget,” jelas Miko Awangyudha, desainer grafis di Thinking*Room.

“Jadi, ada adipati yang sebelumnya yang punya kembang setaman yang dipunyai oleh Mangkunegaran—direpresentasikan oleh bunga wijayakusuma. Makanya, sebetulnya representasi bunga wijayakusuma itu juga jadi salah satu ide untuk Taman Pracima juga. Pracima juga mengangkat inspirasi dari itu. Nah, di sini kita coba mengangkat itu lagi, bunga wijayakusuma dengan kita combineinspiration-nya dari pola-pola yang banyak kita lihat dari physical-nya Mangkunegaran itu sendiri,” tambah Ritter.

Zoom

Setelah banyak pengulangan, tim Thinking*Room akhirnya menghasilkan bentuk visual yang saling berhubungan. Angka-angka yang saling bersambung dan bergaya kursif ini jelas mencerminkan ukiran yang umum ditemukan di sekitar Mangkunegaran. One-line stroke juga mengkonotasikan tema dengan merepresentasikan keterhubungan antar manusia. Ketika logo Adeging ke-267 diimplementasikan pada elemen grafis radial, singgungannya pada bunga wijayakusuma serta suasana perayaan menjadi jelas.

Logo lockup kita sebenarnya, secara gestalt, mengambil dari bentuk puranya itu,” kata Miko. “Jadi sebenarnya kita enggak mau terlalu literal gambarin bentukan pendopo. Kita mau itu lebih subtle akhirnya kita pasang sebagai cara mengkonfigurasikan logonya itu,” tambah Ritter. Namun, keduanya cepat menjelaskan bahwa mereka merancang logo lockup ini agar cukup responsif dalam hal konfigurasinya. Logo utama Adeging kemudian diturunkan menjadi empat logo turunan yang mewakili berbagai kegiatan yang diadakan dalam rangka perayaan tersebut. “Ada acara Run In Solo, Laras Hati, Sumunar Mangkunegaran, sama MakaN-MakaN,” jelas Miko. Skema warna hijau dan kuning juga mengambil inspirasi dari dua warna bendera Kadipaten Mangkunegaran. Warna-warna tersebut juga telah diterapkan secara luas sebagai bagian dari identitas Mangkunegaran seperti pada seragam para abdi dalem, misalnya. Dua warna turunan Mangkunegaran kemudian ditanamkan sebagai collateral identitas visual.

Identitas visual Adeging Pura Mangkunegaran ke-267 membedakan dirinya dari banyak logo hari jadi yang biasa kita lihat di lanskap korporat Indonesia. Mengingat ulang tahun monarki konstitusional yang sebagian besar ditugaskan dengan pemeliharaan budaya, tim Thinking*Room mengerti bahwa mereka perlu mengambil pendekatan berbeda untuk memastikan rasa kebangsawanan dan keagungan tetap terjaga. Ini adalah penggabungan visual yang mengesankan antara hari ulang tahun dan perayaan sejarah panjang Kadipaten Mangkunegaran serta visi baru yang segar dari Adipati Mangkunegara X.

Slide-1
Slide-3
Slide-4
Slide-5
About the Author

Kireina Masri

Kireina Masri has had their nose stuck in a book since they could remember. Majoring in Illustration, they now write of all things visual—pouring their love of the arts into the written word. They aspire to be their neighborhood's quirky cat lady in their later years.