Bermain dengan Imajinasi: Jody Agus dan Poetic Rebellion-nya

Jika kita tidak diberi cukup ruang publik, setidaknya bisakah kita membayangkannya?

Lanskap Jakarta dikodekan oleh perubahan, ketika bangunan didirikan—hanya untuk kemudian diubah dan berakhir sebagai reruntuhan. Kota ini terdiri dari gedung pencakar langit, mal, serta blok-blok “komunal” yang menaungi butik trendi dan kafe, lapangan padel yang memamerkan citra “pembangunan,” di mana kekayaan menentukan akses ke dalam ruangnya. Lalu, ke mana perginya publik?

Generasi yang lebih tua mengenang Jakarta yang berbeda. Seorang teman pernah berkata bahwa kota ini dulu merangkul nongkrong: siapa pun bisa duduk di trotoar atau bersandar di bangku Blok M. Bermain sepatu roda bersama teman, latihan teater di Taman Ismail Marzuki—semua itu dulu bebas dan mudah diakses. Kini, untuk sekadar berada di sebuah ruang yang disebut “publik” sering kali memerlukan bayaran—segelas minuman mahal, sebotol air, atau camilan. Jalanan dimodifikasi untuk bisnis, dan kebebasan untuk sekadar hadir di kota digantikan dengan kewajiban untuk berbelanja.

Kekecewaan ini dirasakan luas. Media sosial dipenuhi kritik terhadap gentrifikasi, cerita tentang gedung-gedung yang terancam digusur, serta pengingat bahwa ruang bersama Jakarta semakin menyusut. Warga melawan di kolom komentar, di arsip digital, di memori kolektif. Namun perlawanan juga mengambil bentuk kreatif.


zoom-1

Seniman dan desainer multidisipliner asal Jakarta, Jody Agus, mengubah ketiadaan ini menjadi sebuah provokasi. Ia menggambarkan kota sebagai tempat “di mana ruang hijau sangat terbatas dan rekreasi sering kali berarti harus mengeluarkan uang.” Sebagai respons, ia merancang sebuah “pemberontakan puitis” melalui publikasi perdananya, Let This Book Be Your Public Space. Lebih dari sekadar buku, karya ini adalah sebuah undangan: jika ruang publik langka, mengapa tidak kita bayangkan keberadaannya? “Ruang publik di Jakarta terbatas, tapi imajinasi tidak,” tulisnya. “Kalau kita tidak bisa membangun ruang baru, mungkin kita bisa memetakan ulang yang sudah ada.”

Proyek ini adalah perpaduan ritual ilustrasi, permainan analog, dan panduan urban. Ia memperkenalkan enam tokoh fiksi—seorang Seniman, DJ, Kreator Konten, Ayah, Sosok Sportif, dan Sebuah Entitas—masing-masing menuntun pembaca menjalani misi di taman, perpustakaan, pasar, atau pusat kebudayaan. Intervensi ini mengajak audiens untuk memikirkan ulang apa yang ada di sekitar mereka: menggambar tak terlihat dengan langkah kaki, me-remix suara lalu lintas, mengubah hiruk pikuk pasar menjadi koreografi, mengulang permainan masa kecil di taman, atau meninggalkan pesan rahasia untuk orang asing. Setiap aksi mengubah sudut-sudut Jakarta yang terabaikan menjadi panggung permainan dan perjumpaan.


zoom-2

Para pembaca diajak mendokumentasikan pengalaman ini melalui tulisan, foto, suara, atau video, lalu mengunggahnya ke arsip daring yang menandai lokasi setiap kiriman di peta kota. Hasilnya adalah peta komunitas yang hidup dan terus bertumbuh, sebuah bukti bahwa imajinasi dapat membuka bentuk-bentuk baru dari keberadaan publik.

Diluncurkan di Locarno Film Festival’s Basecamp 2025 dengan tema This Must Be the Place, proyek Jody memperlihatkan bagaimana seniman dapat membingkai ulang percakapan tentang keberadaan, kepemilikan, dan penciptaan ruang. Dengan rencana peluncuran di Jakarta dan kota-kota lain di dunia, Let This Book Be Your Public Space menyiratkan bahwa krisis ruang bersama bukan hanya persoalan satu kota—tetapi persoalan global.

Jika Jakarta tidak bisa (atau tidak mau) memberikan ruang publik yang cukup bagi warganya, maka mungkin tindakan paling radikal adalah menciptakannya bersama-sama. Sebab dalam membayangkan ruang-ruang itu, kita bukan hanya melarikan diri dari keterbatasan kota, melainkan juga mulai merebutnya kembali sebagai milik kita bersama.


web-19
web-20
web-21
web-22
web-23
web-24
About the Author

Sabrina Citra

Sabrina Citra is a researcher who is based in Jakarta. She is currently interested in the intersection of aesthetics, cultural studies and language/linguistics.