In Between Stillness: Wedhar Riyadi Rayakan Keseharian yang Kerap Terlewatkan

Seri terbaru karya Wedhar Riyadi, Tabletop Diaries, menghadirkan perayaan terhadap aspek-aspek keseharian manusia yang kerap terlewatkan. Seri ini lahir dari pengamatan sunyi Wedhar selama masa isolasi pandemi. Ia melukiskan susunan benda-benda domestik tak bernyawa—menggemakan tradisi still life dalam seni rupa. Namun, objek-objek yang ia gambarkan bukanlah benda asli, melainkan replika tanah liat.

Replika tersebut tidak dimaksudkan untuk menjadi tiruan persis. Wedhar justru menghapus detail warna, label, dan karakteristik—menjadikannya monokrom dan mentah. Dari kesunyian dan kekosongan ini, lahirlah sebuah makna yang tercermin melalui pertemuan pandangan penonton dengan objek, selaras dengan prinsip spiritual bahwa makna tumbuh dari diam dan hampa.

Tabletop Diaries sendiri melanjutkan eksplorasi Wedhar tentang pertemuan dua konteks yang berlawanan dalam satu komposisi: alami dan artifisial. Pada karya sebelumnya, ia melukis potret yang dihiasi elemen karakter komikal. Sementara dalam tradisi still life, kefanaan hidup manusia tercermin lewat benda-benda yang bersifat rapuh dan sementara; buah tergigit, bunga layu, dan susunan benda buatan. Demikian pula pada karya Wedhar, jejak manusia terasa pada permukaan tanah liat yang tercubit, tergores, ternoda, hingga membentuk lapisan sejarah. Bahan tanah liat—atau tanah itu sendiri—sejak lama dimaknai sebagai simbol awal sekaligus akhir kehidupan.

Latar belakang dengan warna menyilaukan dan pencahayaan yang terkesan artifisial menambahkan ketegangan visual. Kontras antara alami dan sintesis yang hadir bersamaan ini mengundang pertanyaan: apakah kita secara naluriah lebih memihak pada yang alami ketimbang buatan manusia, atau justru sebaliknya?

Pameran In Between Stillness masih dibuka untuk publik hingga 14 September 2025 di ara contemporary, Jakarta Selatan.

web-18
web-19
web-20
web-21-(1)
web-22
web-23
web-24
web-25
web-26
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.