Mengikuti Perjalanan Inggrid Wenas Bersama Ideologie di Dunia Desain
Kelok indah yang mencerminkan alam Indonesia dalam logo Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Republik Indonesia (RI) merupakan rancangan Inggrid Wenas, desainer grafis asal Surabaya dan pendiri Ideologie Design & Branding Studio. Nama Inggrid kini menjadi sorotan karena menghadirkan sebuah logo yang segar, luwes, dan berbeda dari desain-desain sebelumnya. Mendekatkan jarak antara Jakarta dan Surabaya, Grafis Masa Kini berbincang dengan Inggrid Wenas secara daring untuk mengenal lebih dalam soal perjalanannya dan Ideologie di dunia desain grafis Indonesia.
Inggrid Wenas menempuh pendidikan S1 Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Kristen Petra, Surabaya. Menurut penuturannya, saat itu, peminat desain grafis masih sangat jarang. “(Desain grafis) itu masih asing. Di Petra sendiri, jurusan DKV itu baru dibuka sekitar awal tahun 2000-an,” kenang Inggrid. Saat pertama duduk di bangku kuliah jurusan DKV, Inggrid mengaku tidak mengetahui apa-apa tentang dunia yang akan ditekuninya, bahkan, ia tidak paham prospek kerja yang dapat ia ambil setelah lulus. “Namun, orang-orang bilang ini jurusan baru yang nantinya bakal berkembang, jadi saya tertarik,” imbuhnya. Inggrid adalah tipe orang yang senang belajar hal baru. Semakin dalam ia menggali soal desain grafis, semakin menyenangkan ilmu dan praktiknya. “Lama-lama makin mendalami, kok asik ya? Kok seru ya? Saya termotivasi hingga akhirnya lulus dan terpilih untuk ikut pameran tugas akhir,” ceritanya lebih lanjut. Karya Inggrid yang dipamerkan berupa ilustrasi. Padahal, menurut keterangan Inggrid, ia merasa tidak unggul dalam ilustrasi. Keinginan belajar yang tinggi dan keberanian untuk mencoba hal baru membuat Inggrid mampu menyelesaikan tugas akhirnya dengan hasil memuaskan. “Namun, saya ini orangnya suka menantang, apa yang saya enggak bisa, saya coba. Perasaan, saya dulu enggak bisa ilustrasi tapi tugas akhirnya ambil ilustrasi dan terbukti berhasil sampai pameran,” tutur Inggrid.
Selepas lulus dan mendapatkan bekal keahlian desain, Inggrid sempat mengambil berbagai pekerjaan lepas sebagai desainer grafis. Awalnya, Inggrid berniat untuk merantau ke Ibu Kota, namun niatnya tersebut diurungkan dan Inggrid menetap di Surabaya, kota asalnya. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak klien yang datang dan semua pekerjaan harus diselesaikan oleh Inggrid seorang diri. “Jadi waktu itu kerja sendiri, tidur itu baru di jam dua, jam empat. Lama-lama enggak kuat,” kenang Inggrid. Memberanikan diri, Inggrid akhirnya merekrut desainer dari jumlah yang kecil hingga membentuk studio desainnya sendiri.
Rumah Inggrid adalah tempat lahirnya Ideologie. Bermodal komputer di kediamannya, satu per satu desainer Inggrid rekrut untuk bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan klien. Awalnya, Inggrid menggunakan nama pribadinya. Pada hari-hari pertama setelah merekrut desainer lain, Inggrid mulai merasa lebih nyaman dan menyenangkan menerapkan sistem kerja tim. “Saya lihat hasilnya, kalau sama-sama itu lebih matang, otak dan tenaga lebih banyak, dan hasilnya tidak maksa dari satu sumber daya manusia saja,” ungkap Inggrid. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan, Inggrid memutuskan “Ideologie” sebagai nama studio desain tempat mereka bernaung. Dalam pernyataan resmi yang dirilis lewat Instagram @adgi.pusat terkait peluncuran logo HUT ke-79 RI, Inggrid Wenas memperkenalkan secara singkat tentang Ideologie yang telah berkontribusi di industri desain grafis sejak 2008: “Sedikit cerita tentang kami Ideologie, dimana semua perjalanan ini berawal dari mimpi untuk berkarya dan memberikan yang terbaik untuk kemajuan dunia desain grafis di Indonesia, tidak hanya sekadar mengikuti tren tapi ada pesan dalam setiap karya yang dihasilkan. Visi kami adalah supaya desainer-desainer di Indonesia, anak-anak bangsa yang berbakat, bisa makin dihargai dan dipandang di negara ini.”
Berawal dari mimpi, Ideologie kini tumbuh menjadi salah satu studio desain terpandang di Surabaya, walaupun anggotanya tak pernah lebih dari lima orang. Dengan tim yang kecil, Inggrid dapat memantau sendiri setiap pekerjaan secara mendetail. Ia pun terlibat dalam perumusan ide dan arahan artistik untuk setiap proyek yang mereka kerjakan. Hingga kini, Ideologie telah mengerjakan berbagai identitas visual, desain kemasan, materi promosi dari klien yang berdomisili di Surabaya, Jakarta, Bali, hingga Lombok. Salah satu proyek Ideologie yang menjadi sorotan adalah pengerjaanbranding untuk Sushi Toku, sebuah restoran makanan Jepang di Surabaya. Terinspirasi dari lukisan tinta Jepang dan filosofi Wabi-Sabi, Ideologie merancang logo yang menyerupai stempel khas Jepang yang digunakan sebagai pengganti tanda tangan. Sapuan kuas Jepang yang bertekstur pun menjadi inspirasi artistik di balik grafis-grafis untuk kebutuhan visual Sushi Toku. Tak hanya itu, Inggrid dan tim juga menghadirkan bentuk-bentuk ikonik Jepang seperti Gyotaku atau lukisan cetak ikan untuk supergrafisnya. Proyek penjenamaanlain yang dikerjakan oleh Ideologie adalah logo untuk Pineatale, sebuah merek produk bayi. Logo yang dirancang terinspirasi dari seorang ibu yang sedang menggendong dan merawat bayi. Sentuhan bentuk daun di logo mewakili bahan-bahan alami yang digunakan oleh merek tersebut. Dalam merancangbranding keseluruhan untuk produk ini, Inggrid dan tim menggunakan identitas warna yang lembut untuk mewakili rasa kepedulian.

Pengalaman Inggrid Wenas dan Ideologie di dunia desain selama bertahun-tahun membawa mereka ke perancangan logo HUT ke-79 RI tahun ini. Menurut cerita Inggrid, awalnya ia dihubungi oleh Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) Chapter Surabaya. “Dihubungi ADGI Surabaya, ‘Mau enggak submit portofolio untuk HUT RI?’ Waktu itu saya langsung kepikiran untuk kirim portofolio kompilasi logo-logo. Enggak sempat, jadinya kami langsung kasih portofolio yang ada,” tutur Inggrid. Dua minggu setelah kontak tersebut, Inggrid menerima kabar bahagia yaitu ia dan tim Ideologie terpilih untuk mengerjakan logo HUT ke-79 RI. “Semenjak itu, kami langsung mulai kerja terus, tidak ada hentinya,” imbuh Inggrid. Dengan pendampingan ADGI Pusat, Inggrid menggali ide dan pesan yang ingin disampaikan lewat logo yang penting bagi Republik Indonesia ini. “Ini kolaborasi semua pihak, sampai hasil akhirnya bisa di-approve. Ada jarak satu bulan sebelum presentasi ke Kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Jadi, setiap minggu itu ada check point, kurang apa dan kami akan diberi masukan oleh tim dari pengurus ADGI,” jelas Inggrid. Proses setiap minggunya pun tak mudah bagi Inggrid dan Ideologie, ada banyak elemen grafis yang harus disesuaikan dengan kritik dan saran dari berbagai pihak. “Saya sempat down karena logo sudah di-approve tapi elemen grafis masih belum cocok,” kenang Inggrid. Setelah melewati proses berpikir yang mendalam, Inggrid akhirnya menemukan rancangan elemen grafis yang pas untuk menemani logo HUT ke-79 RI. “Saya langsung kejar ke tim ADGI, saya hubungi di luar check point dan akhirnya dapat approval dari semua pihak,” imbuhnya. Perancangan identitas visual untuk HUT RI tahun ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi Inggrid dan tim Ideologie, tak terkecuali saat menyusun pedoman visual yang dapat dimengerti oleh berbagai lapisan masyarakat. “Tantangan terbesar salah satunya adalah saat bikin panduan desain yang harus diterapkan ke berbagai platform secara nasional. Rumusan harus jelas supaya sesuai apa yang kami mau,” jelas Inggrid. Dalam prosesnya, Inggrid merasa beruntung karena mengikuti berbagai sesi mentoring yang kompeten. Bagi Inggrid, dalam penyelesaian proyek berskala nasional ini, kritik dan saran dari berbagai pihak sangatlah penting untuk melihat hasil tidak hanya dari satu perspektif.
Setelah melewati jalan berliku dalam proses perancangannya, logo HUT ke-79 RI akhirnya diluncurkan dan menjadi kabar baik nasional. Menjelaskan hasil akhirnya, Inggrid terinspirasi dari tema besar HUT RI tahun ini yaitu “Nusantara Baru Indonesia Maju” dalam merumuskan logonya. “Kita kulik kata nusantara—negara kepulauan dengan alam yang beragam. Jadi, bentuknya luwes dan organik. Bentuknya pun seperti goresan pena yang memiliki arti mengukir sejarah baru Indonesia, mempersiapkan Ibu Kota baru,” jelas Inggrid. Elemen-elemen grafis yang mendampinginya pun selaras—mengadaptasi kekayaan alam Indonesia, membentuk pola organik yang bergerak maju ke depan sesuai dengan mimpi bangsa Indonesia. Dengan logo ini, Inggrid dan Ideologie pun membuktikan hasil dari pasang surut perjalanannya dalam berkiprah di dunia desain. Tentunya, ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan Inggrid Wenas bersama Ideologie ke depan.