Merawat Budaya dengan Mengemas Ulang Warisan Nusantara secara Lokal dan Global

Keindahan, kekayaan, dan pesona Nusantara menjadi inspirasi bagi khalayak. Tak terkecuali Projek AGNI, sebuah studio pengrajin desain dan merek atau jenama. Diprakarsai oleh Kresna Dwitomo, Projek AGNI berdiri di tahun 2018 sebagai upaya membawa identitas yang melekat pada diri, yaitu Indonesia, pada potensi-potensi yang lebih jauh lagi secara global. Sebagai studio desain grafis dan pengembang jenama, Projek AGNI cukup memiliki karakter yang lekat. Tak cukup sulit mengidentifikasi karya-karya mereka lewat pendekatan visual mereka yang khas.

Bima Saprilla sebagai art director Projek AGNI mengatakan bahwa tim internal selalu berupaya mengembangkan diri seiring pendewasaan studio ini. Berkolaborasi dengan banyak pihak serta bekerja dengan praktisi yang lebih muda adalah cara Projek AGNI agar terus berkembang dan relevan, baik secara visual dan cara penyampaian gagasan. Pengembangan identitas keindonesiaan ini pun diupayakan tidak hanya soal visual. Projek AGNI melalui karya dan inisiatifnya juga berusaha ke depannya untuk memberikan pengalaman tersebut lewat pengalaman dan titik sentuh desain lainnya, seperti keseluruhan panca indera.

Dalam pengembangan ide, kelokalan pada elemen visual bukan menjadi satu-satunya hal yang ditekankan oleh Projek AGNI. Nilai-nilai luhur yang ada di tiap penjuru Indonesia menjadi salah satu poin penting untuk digali lebih dalam. Menerjemahkannya dalam bentuk visual pun menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Berbicara soal klien, Bima mengatakan kekhasan yang dimiliki dan ditawarkan Projek AGNI membawa pihak-pihak yang memiliki kesamaan nilai dan pemikiran datang kepada mereka untuk membuat identitas brand dengan cita rasa Nusantara, namun juga relevan untuk beragam kalangan di luar khalayak lokal.


Zoom

Konteks masa lampau, masa kini, dan masa akan datang merupakan landasan bagi Projek AGNI dalam mengerjakan sebuah proyek. Riset menjadi awalan penting bagi mereka dalam memahami suatu creative brief dan pengembangan elemen kelokalan. Hal ini ditujukan untuk dapat menjawab kebutuhan klien sekaligus mengimplementasikan nilai kelokalan yang memiliki nilai etnik dan historis dengan tepat. Dengan begitu, karya yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan dan signifikan untuk masa kini maupun masa depan.

Mereka membagi dua terminologi untuk elemen visual lokal, yaitu adiluhung dan vernakular. Jasmine Kane, periset Projek AGNI, mengatakan, “Adiluhung itu sesuatu yang sifatnya udah kaya ada pakemnya. Mungkin (contoh) paling gampang kaya corak batik kali ya. Kan ada yang misalnya penggunaannya hanya untuk masyarakat atau di keraton itu kan kaya udah ada pakemnya dan udah lebih established secara value dan jadi manifestasi dari cultural icon.” Sedang yang dimaksud vernakular, lebih pada nilai kelokalan yang masih dirasa dekat dan ada di sekitar sebagai aset kreatif yang sama pentingnya. 

Karya-karya Projek AGNI adalah cara mereka merawat budaya dengan mengemas ulang warisan Nusantara agar relevan bagi penggunaan dan konteks di masa kini maupun masa datang. Dalam konteks yang lebih luas, upaya seperti ini juga dapat dikatakan sebagai proses mengenal lagi identitas pada diri kita sebagai bangsa melalui pengembangan brand yang biasa kita konsumsi dan nikmati sehari-hari.


Slide-1
Slide-2
Slide-3
Slide-4
About the Author

Daud Sihombing

Daud Sihombing has been writing professionally for the past 9 years. This fervent alternative publishing enthusiast prefers his quaint little town over the hustle and bustle of the city and doesn't let sleep stop him from watching every single AS Roma match.