Follow the Fox: Identitas Visual Desa Kitsuné oleh Sciencewerk
Terletak di kawasan Canggu yang semakin populer, Desa Kitsuné merupakan dayclub eksklusif pertama yang dioperasikan oleh Savaya Group di Bali. Digambarkan sebagai "sebuah lembaga kolektif," Desa Kitsuné dibentuk bersama dengan jenama gaya hidup asal Prancis, Maison Kitsuné, yang juga memiliki butik di lokasi tersebut. Desa Kitsuné menunjuk studio desain asal Surabaya, Sciencewerk, untuk menciptakan identitas visual dayclub ini.
Tugas awal yang diberikan kepada tim Sciencewerk adalah mendesain identitas visual seluruh kompleks Kitsuné yang terdiri dari dayclub, kafe, restoran, dan butik fashion, dengan tema "desa" yang terinspirasi dari gaya hidup lokal Indonesia. "Namun, semua elemen akan bertemakan Fox yang merupakan identitas utama dari brand Kitsuné secara global," jelas Danis Sie, Pendiri dan Direktur Desain Sciencewerk. "Desain ini menggabungkan elemen alam Bali dan keindahan tropis, serta mengadopsi gaya ‘Art de Vivre’ khas Kitsune, yang menekankan seni hidup dengan elegansi dan keindahan sederhana dan modern," lanjutnya.
Proses desain oleh tim Sciencewerk seperti biasa dimulai dengan menciptakan narasi, tidak hanya untuk identitas dasar seperti logo dan materi pendukung, tetapi juga untuk identitas dan pengalaman keseluruhan. "Banyak elemen lain yang dieksplorasi, termasuk desain instalasi hingga digital media. Di sini, kita membayangkan suasana pedesaan, tapi dengan sentuhan versi Kitsuné." tambah Danis. Selain identitas visual Desa Kitsuné, Sciencewerk juga bertanggung jawab atas desain identitas Ina Ré, restoran yang merupakan salah satu komponen inti dari kompleks Kitsuné. Dengan hal ini, tim Sciencewerk memilih narasi "Friends & Family".
Narasi "Friends & Family" merupakan perpaduan antara filosofi Prancis "Art de Vivre" dan filosofi Indonesia Gotong Royong yang divisualisasikan melalui totem rubah untuk mewakili semangat persahabatan dan keluarga. Totem 'Persahabatan' ini dirancang sebagai maskot narasi "Friends & Family" dan merupakan elemen inti dari identitas keseluruhan Desa Kitsuné. "Identitas ini diwujudkan dalam bentuk instalasi yang menjadi statement, menciptakan suasana surreal dan artistik bagi para pengunjung," jelas Denis.
Sciencewerk juga membangun narasi kampanye "Follow the Fox" dalam desain mereka. "Follow the Fox" menceritakan kisah bagaimana rubah tiba di Pulau Dewata. "Disampaikan dengan cara sederhana, di mana rubah Kitsuné menjelajah dan akhirnya menetap di sebuah desa bersama teman-temannya. Mereka bersatu dan berkumpul di satu desa. Kampanye ini menampilkan narasi merek dengan menempatkan rubah di beberapa lokasi utama di Bali, menggunakan CGI untuk menciptakan visual yang menarik. Totem atau rubah ditampilkan sendirian di area-area terkenal di Bali. Kampanye ini dibuat khusus untuk pre-opening dan teaser press release, memberikan kesan surealisme, berbeda dari iklan yang biasanya dibuat terlalu langsung," jelas Danis.
Dirancang oleh Habitat 8, arsitektur ruang ini mendukung tema desa dengan desain yang terinspirasi oleh desa tradisional. Tata letak ini menempatkan elemen inti di pusat dikelilingi oleh beberapa ruang berbeda dengan interior yang mencerminkan kehidupan desa dan menekankan kerajinan lokal di setiap titik. "Penggunaan warna hangat dan alami membantu ruang ini menyatu dengan alam, sementara chevron Kitsuné disisipkan dengan halus di seluruh area entah untuk fasad arsitektur dan elemen lainnya."
Bagian utama dari kompleks Desa Kitsuné adalah restoran fusion Mediterania, Ina Ré, yang juga identitas visualnya dirancang oleh tim Sciencewerk. Terinspirasi oleh Inari Ōkami, dewa Shinto Jepang yang melambangkan padi, panen, dan kemakmuran. "Inari juga memiliki kaitan erat dengan Kitsuné (bahasa Jepang untuk rubah)yang dalam cerita rakyat Jepang berperan sebagai utusan. Kuil Inari biasanya menampilkan banyak patung rubah kecil sebagai penjaga kuil, dan gerbang torii yang menandakan peralihan dari dunia biasa ke dunia sakral. Semua elemen ini dimasukkan ke dalam detail desain restoran," lanjut Danis. Logotype Ina Ré terinspirasi dari gerbang Torii dan Jineng. Penggunaan visual Jineng, lumbung tradisional Bali yang dianggap suci, juga menjadi acuan kepada Inari Ōkami sekaligus melambangkan semangat kemakmuran di desa tradisional Bali.
Melihat skala proyek ini, jelas bahwa pelaksanaan identitas semacam ini tidak tanpa tantangannya. Danis menjelaskan bahwa batasan waktu menjadi kendala bagi tim Sciencewerk. Sebagai perpanjangan dari merek Kitsuné, penggunaan ikon rubah adalah hal yang tidak bisa dinegosiasikan. Oleh karena itu, tim Sciencewerk harus menemukan cara terbaik untuk mengimplementasikan ikon rubah menjadi sesuatu yang lebih unik dan ikonik. "Tantangan lain adalah perbedaan budaya, bekerja langsung dengan tim internal dari Paris yang mungkin mungkin memiliki pandangan berbeda tentang desain, istilah, bahasa, juga budaya. Kadang-kadang, elemen lokal Indonesia yang kami coba tawarkan juga kurang sesuai dan kurang relate," jelas Danis.
Identitas visual keseluruhan yang dirancang oleh Sciencewerk menawarkan sesuatu yang segar sambil tetap mempertahankan elemen visual yang kuat dan ikonik dari rubah. Desa Kitsuné sebagai interpretasi desa Bali lokal yang modern dan sedikit utopis serta, dalam kata mereka sendiri, “hedonistik” menawarkan sesuatu yang menarik di area yang semakin jenuh dengan beach club dengan memanfaatkan ikon yang sangat dikenal dan menggabungkan jenama tersebut dengan faktor surealisme melalui narasi yang kuat dan identitas visual yang lebih kuat lagi.