Metafora di Balik Koleksi Terbaru The Balletcats “Fanatik”
Kecintaan pemilik kucing terhadap peliharaannya layaknya sebuah fanatisme. Setelah hiatus yang cukup lama, The Balletcats kembali dengan “Fanatik”, sebuah koleksi yang menceritakan kesetiaan dan dedikasi yang unik dari pemilik kucing tersebut. Dideskripsikan sebagai “penggambaran cinta mendalam antara manusia dan sahabat kucing mereka, sebuah tarian pengabdian yang berputar ke dua arah”, koleksi ini mengambil metafora pengabdian yang dibawa secara ekstrim dan mengkontekstualisasikan kembali dalam sudut pandang positif yang ditujukan pada makhluk kecil berbulu ini.
Asal muasal The Balletcats dimulai pada tahun 2009, saat Jordan Marzuki masih kuliah di Lasalle College of Arts Singapura. Awalnya, The Balletcats tidak ada hubungannya dengan kucing. Dia membuat baju yang menampilkan ilustrasinya dengan media spidol kain untuk dijual. Pacarnya yang sekarang menjadi istri, Fatriana Zukhra, menyarankan agar dia mulai memproduksi desainnya secara massal. “Well, more massively than before, masih diproduksi dalam jumlah lusinan,” Jordan menjelaskan. Saat ini, mereka menangani The Balletcats bersama-sama. Dalam hal proses kreatif, Fatriana menangani pemotretan dan penataan gaya, sementara Jordan memimpin desain dan pembuatan artwork.
Jordan merasa tema “Fanatik” sebenarnya jauh lebih sederhana dibandingkan koleksi The Balletcats sebelumnya. “Beberapa kali yang lalu tema kita lumayan complicated to explain terlalu filosofis. “Fanatik” itu [tentang] kamu atau aku yang punya “anabul” istilahnya, yang mereka adopsi mungkin, because having cats is a commitment to change your life. Sehari-hari lu enggak bisa santai. Lu mesti ngorek tai, lu mesti kasih mereka makan jam segini, kalo ada yang sakit, lu harus jagain setiap jam. So you become a fanatic, you become dedicated to them,” jelas Jordan. Ia juga berujar bahwa koleksi ini “tidak adanya unsur kekerasan” dibandingkan dengan koleksi sebelumnya mengingat koleksi tersebut dibuat setelah pandemi dan berbagai perang telah mulai sejak saat itu.
Menurut Jordan, koleksi tersebut merujuk pada tiga metafora pengabdian, yaitu Korea Utara, mewakili pengabdian yang teguh kepada badan pemerintahan; gereja, mewakili pengabdian yang gigih kepada keagamaan; dan perdukunan serta sekte sebagai manifestasi dari pengabdian itu sendiri. “Kayak Midsommar gitu. Yang gitu-gitu juga kan lumayan fanatik ya yang mereka pake ritual-ritual lama gitu,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa ketiga referensi ini memiliki dampak buruk untuk masyarakat pada tingkat yang berbeda-beda. Secara politis, Korea Utara secara luas dianggap sebagai ancaman nuklir. Dengan mengacu pada gereja, The Balletcats tidak merujuk pada agama tertentu secara khusus tetapi masalahnya terletak pada fundamentalismenya. “[This] fundamentalism is also really harmful to many marginalized people like the LGBT community for instance atau orang-orang yang enggak percaya sama agama mereka. Mereka kayak demonize orang ini orang itu,” jelas Jordan. “If you see on Netflix ada cult yang punya istri banyak-banyak dan they’re harmful to society,” lanjutnya.
Jordan kemudian memberi variasi pada setiap referensi, memutar narasinya ke arah yang positif dan berpusat pada kucing. “The fanaticism I depict is not harmful because they worship cats,” jelas Jordan. Dalam ilustrasi kaus “The Deceased Human of Mine” dan kaus “The Loss of Our Loved One”, prosesi penguburan yang merujuk pada ritual pemujaan didaur ulang dengan kucing dan manusianya. Di mana banyak pemujaan dan ritual yang terobsesi dengan kematian mungkin mengerikan dan tidak logis, The Balletcats justru menggambarkan prosesi ini sebagai pertunjukan kesedihan di mana peran objek pengabdian dan pemuja dapat dipertukarkan. “It showcases a life cycle where kucing yang meninggal atau owner yang meninggal akan ketemu lagi di surga. So it’s very positive,” ujar Jordan.
“Untuk North Korea instead of senjata kita ganti kucing,” kata Jordan. Di sini dia mengacu pada kaos “The March of Guardian Youth” yang dihiasi dengan slogan yang telah diplesetkan “고양이 영원하라! 팔 말고 고양이를 들어라” (Bahasa Indonesia: Panjang umur kucing! Angkat kucingmu alih-alih lenganmu) ditata dengan fon hangul yang mengacu pada gaya komunis vernakular. Saat mencari referensi, Jordan menemukan bahwa Wikipedia memiliki halaman yang didedikasikan untuk berbagai slogan propaganda Korea Utara.
Kaos lengan panjang “Follow the Shepherd” dan kaos “Repent Now!” keduanya mengacu pada Heaven’s Gate, sekte religi terkenal di Amerika yang anggotanya melakukan bunuh diri massal pada tahun 1997. Namun, koleksi tersebut tidak membatasi rujukannya pada gerakan keagamaan ekstrem. “[Referensinya adalah] religiosity itself but I think it’s easier to refer to it as a church because churches tend to be like that. Kayak mereka persekutuan fanatik dengan gereja mereka sendiri,” jelas Jordan. Untuk karya-karya ini, objek pemujaannya adalah kucing dan pesan mereka diubah menjadi untuk sekadar memperlakukan kucing dengan lebih baik, sementara mereka yang menganiaya hewan akan dihukum.
“Benang merahnya justru lebih enjoyable for me because I really love this kind of thing,” kata Jordan. Dia sudah lama tertarik pada sekte dan jenis pengabdian ini. “Penyampaiannya menurut saya harus enggak di take serious and I think The Balletcats does that. We want to make it more fun despite the damage they’ve done. Senang sih bisa mengganti keburukan dengan kucing. It’s very simple and [pesannya adalah] just be nice to cats. Also, menggunakan kucing sebagai alat diplomasi, which is the North Korea thing,” jelas Jordan.
“[Saya suka sama] their art direction and their architecture. Jadi sebenernya kita ngambil sedikit dari photoset studio di North Korea and a little bit of an Indian touch with the styling,” jelas Jordan. “The aesthetic itself, I really love it, but I shouldn’t say it because it glorifies poverty and also the death of freedom of speech terus nuclear war. But I had watched a documentary, [A State of Mind (2004)] tentang sehari-harinya anak perempuan di North Korea, it’s very beautiful. I don’t just love the aesthetic but I’m also very keen with the historical side sejak gencatan senjata dengan Korea Selatan,” jelas Jordan. Koleksi “Fanatik” selengkapnya bisa dilihat di situs resmi The Balletcats.