Penyegaran Identitas Visual Victoria Park Vixens: Sentuhan Feminim dan Inklusif dalam Sepak Bola
Victoria Park Vixens, sebuah klub sepak bola putri yang berbasis di London, Inggris, melakukan gebrakan—sekaligus mungkin menjadi yang pertama di dunia. Berbeda dari klub sepak bola lainnya yang didahului oleh tim putra kemudian disusul dengan pembentukan tim putri, Victoria Park Vixens justru melakukan hal sebaliknya. Di akhir tahun 2022, klub tersebut membentuk tim putra guna mendukung ekosistem dan inisiatif serta menjangkau audiens yang lebih luas lagi.
Di awal tahun 2023, Victoria Park Vixens membuka periode baru klub tersebut dengan menggandeng La De La Studio dalam melakukan penyegaran pada jenama mereka. Kieran Rid, seorang desainer dan Pengarah Artistik La De La Studio, mengatakan bahwa keterlibatannya pada penjenamaan ini berawal dari dirinya yang diundang oleh Dan Sandison yang sebelumnya bekerja untuk Mundial Magazine untuk bermain di tim putra Victoria Park Vixens. Pada momen itu, Rid berkenalan dengan wanita-wanita di balik Victoria Park Vixens dan semakin kagum dengan melihat langsung bagaimana klub ini dikelola dan dikembangkan.
Menurut Rid, ketika dirinya diajak untuk terlibat dalam proyek ini oleh Morgan Brennan, pendiri Victoria Park Vixens, belum terlalu ada kejelasan arah. “Tetapi dia merasa saya akan menjadi orang yang ideal untuk memvisualisasikan era baru klub. Sebuah tawaran yang dengan senang hati saya jelajahi,” ucap Rid. “Klub ini telah berkembang ke banyak arah baru sejak diluncurkan pada tahun 2019 dan mereka menginginkan penyegaran yang mencerminkan posisi mereka saat ini, beralih dari sekadar klub sepak bola, ke sesuatu yang lebih luas, mudah beradaptasi, dan inklusif.”
Lingkup kerja yang Rid dan La De La Studio pada proyek ini adalah penyegaran identitas visual dan perancangan jersei. Walau sudah kenal dan memiliki kedekatan secara personal, Rid memperlakukan klub ini selayaknya klien dan menekankan pada profesionalisme yang sama seperti seperti yang ia lakukan pada klien lainnya. Menurut Rid, ia melihat adanya potensi untuk melakukan penyegaran yang signifikan pada tahap awal diskusi bersama tim Victoria Park Vixens. Ia mengajak Morgan dan tim kreatif Victoria Park Vixens pada tahap awal pengembangan ide kreatif lewat riset dan pencarian data. “Kami kemudian melakukan fase konsep awal dan identitas visual terbentuk dari sana,” ungkap Rid.

Rid menjelaskan bahwa setelah mereka merancang identitas visual yang baru, langkah selanjutnya adalah mengeksplorasi jersei baru. Ia menambahkan bahwa mereka membawa identitas visual yang baru tersebut ke merek pakaian pakaian yang mereka rasa cocok dengan nilai dan estetika klub Victoria Park Vixens. Rid mengatakan, “Pada akhirnya, menunjuk Kappa sebagai kolaborator ideal yang dengan senang hati memberikan kebebasan berkreasi penuh pada desain jerseinya.”
Proses pengerjaan proyek ini memakan waktu sekitar delapan bulan dari tahap penelitian awal hingga tim hadir dengan tampilan yang benar-benar baru di lapangan. Semua ide dan konsep didasarkan pada fase awal riset yang membawa mereka pada kebutuhan penyegaran apa saja yang diperlukan. Dalam pandangan Rid, tampak jelas bahwa klub sedang mencari sesuatu yang keluar dari norma-norma sepakbola, sesuatu yang terasa kontemporer dan menarik, dan pada akhirnya sesuatu yang memberikan rasa bangga pada para pemain.
Dalam proses perancangan identitas visual, Rid memulai eksplorasinya dari apa yang sudah ada. Namun, ia merasa hal tersebut justru menemui jalan buntu dan menghambatnya untuk memberikan kebaruan pada identitas visual klub. Rid menjelaskan, “Dari situ saya bereksperimen dengan berbagai arah, ada yang bernuansa klasik, ada pula yang lebih kontemporer. Lambang yang akhirnya kami kembangkan tidak benar-benar berada pada era tertentu. Menurut saya, penting untuk menciptakan sesuatu yang dapat bertahan terhadap masa depan, dan idealnya abadi saat mengerjakan identitas visual. Saya kira hanya waktu yang akan memberi tahu kita apakah saya telah berhasil dalam hal itu.”
Identitas visual baru Victoria Park Vixens menghadirkan lambang klub yang menampilkan inisial 'VPV' berbentuk siluet seekor rubah betina—bagian terpenting dari sejarah dan identitas kota serta klub. Sedang dalam urusan pemilihan warna, palet yang dipakai tetap meneruskan dan menyesuaikan tradisi klub. Warna merah anggur menjadi warna utama pada identitas visual sekaligus menjadi warna jersei kandang.
Rancangan jersei yang dibuat oleh Rid berhasil memadukan elemen sporty, desain grafis, dan fesyen. Menurut Rid, ada banyak pertimbangan dalam menyatukan ketiga hal tersebut. Ia menjelaskan bahwa jersei kandang didesain minimalis dengan warna anggur dan detail garis-garis hijau tipis yang menambah sentuhan kemewahan. Sementara jaket—sesuatu yang menurutnya sangat penting hampir sepanjang tahun di London—menampilkan logo Victoria Park Vixens dan Kappa yang disejajarkan di tengah. Baginya, kedua logo yang simetri tersebut semakin menambah estetika dan merupakan perpaduan yang serasi.

Di sisi lain, jersei tandang dikembangkan dari jersei Victoria Park Vixens dengan warna hijau yang sebelumnya lebih cerah menjadi hijau tua. “Sehingga terasa lebih canggih,” Rid berpendapat. Pada jersei tandang juga terdapat bagian kerah dan manset berwarna putih dengan garis-garis hitam yang terinspirasi dari pagar besi tempa hitam di sekitar Victoria Park. Baik jersei kandang dan tandang rancangan terbaru ini sukses membawa sesuatu yang baru, tak hanya bagi klub, namun juga bagi sepak bola. Lewat proses yang intens dan pendekatan yang personal, dalam artian antara desainer dan klien, jersei dapat membawa identitas klub sekaligus rancangan yang baik.
Bagi Rid, Kappa adalah kolaborator yang sempurna dari awal hingga akhir. Ia mengungkapkan ada sedikit perubahan pada ukuran dan posisi logo untuk memastikan jersei tersebut selaras dengan pedoman merek Kappa. Di luar dari itu, Rid merasa eksplorasinya tak dibatasi. “Godaan untuk melakukan sesuatu yang lebih ekspresif memang kuat, namun dengan mengendalikan diri dan fokus pada arahan yang telah kami tetapkan sejak awal berarti kami mampu menciptakan jersei minimalis yang Anda lihat saat ini,” ucapnya.
Keahlian Kappa juga cukup membantu Rid dalam memilih material berkualitas yang tepat untuk rancangan jersei. Rid yang meminta Kappa untuk menggunakan logo krom emas, yang menurutnya akan menonjolkan kaus dan menampilkan lambang baru dengan cara terbaik. Tetapi, ia menuturkan bahwa berkenaan dengan pemilihan material, Kappa memiliki keahlian jauh lebih banyak dalam bidang kain dan bentuk jersei daripada yang pernah ia ketahui. Ia merasa amat senang dapat berkolaborasi dengan ahli di bidang ini.
Feminitas dan inklusivitas merupakan dua hal penting dalam keseluruhan proyek penjenamaan ulang Victoria Park Vixens. Rid mengatakan bahwa dirinya secara reguler bertemu dengan para wanita di balik klub ini dan memastikan arahan kreatifnya tepat. Kibasan elegan pada ekor rubah di logo adalah sentuhan halus dan feminin yang Rid dan Victoria Park Vixens rasa tepat tanpa berlebihan. “Penyegaran baru ini diperlukan untuk mewakili tim putri dan putra yang baru dibentuk, sehingga tampilan dan nuansa menyeluruh adalah kuncinya. Jerseinya sendiri dirancang dengan potongan uniseks, dengan celana pendek berwarna gelap, yang keduanya merupakan fitur penting bagi komunitas yang beragam dan inklusif di dalam klub,” kata Rid.
Secara keseluruhan, identitas visual Victoria Park Vixens yang dirancang oleh Rid dan tim di La De La Studio telah memberikan nuansa baru, tanpa mengurai nilai yang klub pegang dan sejarah yang melekat pada klub tersebut. Dengan pendekatan dan proses kerja yang runut, identitas visual yang baru berhasil diturunkan pula pada jersei kebanggaan klub, menjadikan keseluruhan perancangan ini layak diapresiasi, baik dalam konteks desain maupun sepak bola.