Implementasi Grafis pada Desain Spasial Indonesia Bertutur 2024
Indonesia Bertutur 2024, atau INTUR, secara resmi ditutup pada 18 Agustus lalu. Di antara semua seni dan pertunjukan luar biasa yang diadakan di sembilan lokasi berbeda di Ubud dan Nusa Dua, Bali, satu hal yang menonjol dalam edisi INTUR kali ini adalah implementasi grafis pada desain ruang dan lingkungannya yang mengesankan. Grafis Masa Kini berkesempatan berbincang dengan pihak di balik desain-desain ini.
Desain FFFAAARRR dan gemasemesta.co untuk keseluruhan acara dibangun berdasarkan key visual dan panduan visual yang dibuat oleh Cecil Mariani. Visual ini berasal dari tema utama yaitu Subak, yang mengacu pada sistem irigasi sawah Bali yang dikelola secara komunal, yang ditarik ke pemaknaan peran dan kepentingan air, yang meliputi hampir tiga perempat permukaan bumi, melalui konsep “air, alir, asih”. Tekstur raster yang merujuk kepada persepsi di bawah air dipadukan dengan pita biru, putih, dan merah muda pucat untuk mewakili interpretasi sensorik aliran air. Pedoman visual ini kemudian diserahkan kepada tim gemasemesta.co dan FFFAAARRR untuk diimplementasikan.
Gema Semesta dari gemasemesta.co menjelaskan bahwa mereka adalah kolaborator lama dari FFFAAARRR. Tim gemasemesta.co bertanggung jawab atas sistem grafis lingkungan dan penunjuk arah A-board—mengambil visual utama tahun ini yang dirancang oleh Cecil Mariani dan menerapkannya pada penunjuk arah A-board, totem, materi grafis, pengawasan pencetakan, serta input dan tata letak konten dari banyak pihak. Andro Kaliandi, Sutan Regi Denali, dan Kanza Fachriza dari FFFAAARRR menjelaskan bahwa ruang lingkup pekerjaan mereka untuk INTUR meliputi desain lokasi; masterplan festival; sirkulasi aliran kerumunan utama; pencahayaan; zonasi; serta penempatan papan penunjuk arah dan totem di Ubud dan Nusa Dua, panggung Virama untuk pertunjukan; video mapping panggung Kiranamaya, serta desain dan produksi furnitur untuk area UKM dan kuliner.
Kolaborasi ini memungkinkan FFFAAARRR dan gemasemesta.co untuk memaksimalkan pelaksanaan masing-masing tugas mereka. “Bekerja dengan FFFAAARRR selalu menjadi proses yang menyenangkan. Kita sudah sering bekerja sama dalam beberapa project, termasuk juga Indonesia Bertutur tahun 2022 kemarin. Ideationnya start dari ide ruang yang diinisiasi oleh FFFAAARRR. Kita melihat penggunaan rumbia, gedek bambu, dan material berwarna alam, bisa unik dan unpredictable bila disatukan dengan warna pink yang dibawa oleh KV Indonesia Bertutur tahun ini.” jelas Gema.
Masuk ke dalam desain ruang, tim FFFAAARRR sejak awal sudah tahu bahwa mereka ingin menampilkan budaya Indonesia dengan pendekatan kontemporer. “Dibandingkan dengan desain INTUR pada tahun 2022 di Borobudur—di mana kami merespon candi Borobudur, sebuah warisan budaya yang sudah megah dengan sendirinya—venue Peninsula merupakan venue luas sehingga pendekatan desain kami harus berbeda. Lebih meriah, lebih monumental, lebih tidak malu-malu,” jelas tim FFFAAARRR. Menggunakan konsep Subak (berarti keharmonisan antara Tuhan, Alam, dan Manusia) dari Direktur Artistik Melati Suryodamono dan Direktur Festival Taba Sanchabachtiar, keharmonisan menjadi kata kunci inti bagi pendekatan FFFAAARRR. “Kami merespons perpaduan harmonis antara yang modern dan tradisional melalui penggunaan rangka ring lock dengan anyaman rumbia dan gedek,” jelas tim tersebut.
Tema inti keharmonisan menjadi pertimbangan besar dalam semua aspek desain oleh FFFAAARRR. “Seperti iklim dan cuaca berangin—kami menggunakan rumbia dan gedek yang berpori, bisa menahan beban angin. Kemudian kontur dan titik pohon di venue yang membuat kami harus membuat penataan sporadis dan tersebar, jadi tidak mengganggu tata letak yang ada di area. Sampai ke arah matahari terbenam menjadi hal yang penting dalam menentukan posisi panggung sehingga saat acara, pengunjung bisa menikmati matahari terbenam dan cahaya bulan (yang kebetulan saat itu adalah bulan purnama, bisa dinikmati dari panggung Virama),” jelas tim FFFAAARRR. Mereka juga mempertimbangkan aliran pengunjung yang diarahkan ke area belakang terlebih dahulu agar mereka dapat mencerna informasi dan konteks festival. Mereka kemudian diarahkan ke area UKM dan instalasi festival cahaya sebelum menuju ke panggung. Untuk venue di Ubud, khususnya, FFFAAARRR merespon venue yang sudah dipenuhi karya seni dengan mengimplementasikan totem direktori agar tetap menjaga kemeriahan acara.
Bagi tim FFFAAARRR, area kuliner adalah favorit tersendiri. “Melihat semua aspek yang kita desain menjadi hidup dan berinteraksi dengan pengunjung. Area kuliner yang terasa seperti area kampung vernakular duduk lesehan sambil makan, ada musik, bidang yang diproyeksikan lampu, dan adanya matahari terbenam; seluruh area menjadi hidup. Intinya kami menyukai semua keputusan yang kami buat, setiap area bisa memberikan pengalaman yang berbeda-beda.” Penjor Bali berwarna merah muda, yang biasanya hanya berwarna kuning dari bahan daun, tentu menarik perhatian banyak pengunjung. Perpaduan tradisi Bali dan merah muda dari visual utama INTUR menambahkan sentuhan meriah yang tetap selaras dengan konsep branding acara. Gema juga mencatat perpaduan warna merah muda dan bahan tradisional. “Kombinasi warna merah muda dan bahan rumbia menjadi hal yang meninggalkan kesan tersendiri bagi kita, terutama saat melihat perpaduannya di lokasi dengan lanskap dan langit Bali membuatnya terlihat lebih menarik lagi.”
Desain ruang dan lingkungan untuk acara sebesar Indonesia Bertutur bukanlah hal yang mudah. FFFAAARRR, sebagai tim desain ruang, adalah divisi terakhir yang harus mengakomodasi dan berkoordinasi dengan semua divisi lainnya. Mulai dari mengkoordinasikan hal-hal di belakang panggung, mengarahkan aliran kabel listrik, hingga memfasilitasi semua divisi. Tantangan nyata dalam perencanaan induk. Sementara bagi tim gemasemesta.co, tantangan utama datang dari penanganan hal-hal di lapangan, dengan kondisi geografis venue yang mengakibatkan perubahan penempatan totem direktori. “Untungnya, tantangan serupa sudah kita hadapi di Indonesia Bertutur 2022, sehingga untuk tahun ini kita membuat sistem anak panah dan wayfinding menjadi lebih modular, sehingga bisa mudah mengadaptasi perubahan-perubahan placement di lapangan,” ujar Gema.
Desain yang dirancang oleh FFFAAARRR dan gemasemesta.co untuk Indonesia Bertutur 2024 menunjukkan betapa pentingnya desain ruang atau spasial dan lingkungan. Desain spasial tidak jatuh ke dalam perangkap “kemegahan”, tetapi penggunaan cerdas bahan-bahan alami seperti rumbia dan gedek bambu meninggalkan impresi menyatu dengan alam, dengan setiap instalasi mendukung gagasan ini dan penggunaan warna merah muda dari visual utama INTUR memberikan kesan yang sangat ramah bagi semua pengunjung. Desain spasial oleh FFFAAARRR dan gemasemesta.co berhasil merespons identitas visual oleh Cecil Mariani dan mengilhami tema acara tanpa terlihat berlebihan.