Pengalaman Ruang dalam Pameran Tunggal Bunga Yuridespita

Ruang, bagi Bunga Yuridespita, merupakan perihal pengalaman dan pengetahuan yang tak kunjung sirna. Bunga Yuridespita sendiri pernah menempuh mendidikan dan kemudian bekerja di dunia arsitektur hingga memilih menjadi seniman visual. Menjadi arsitek atau seniman, dalam prakteknya, adalah soal menggali, menemukan, dan mengkonstruksi medium ekspresi. Bunga tidak hanya melukis tapi juga mengerjakan mural, dan membuat aransemen video art sebagai bagian dari karya instalasinya yang dipamerkan di Galeri Salihara, Jakarta. 

Ruang menghubungkan pengalaman hidup Bunga Yuridespita, terutama ketika ia masih kanak-kanak, dengan situasi tantangan hidup yang dihadapinya kini. Komposisi warna-warna yang Bunga kerjakan dalam lukisan-lukisannya adalah semacam konstruksi ruang yang tersusun dari bidang-bidang berwarna. Bunga tak hanya tertarik dan terlibat mendalam dengan imajinasi mengenai ruang dalam logika arsitektural, tetapi juga dengan seluruh pengalaman tubuhnya ketika berada di tengah ruang arsitektural hunian secara langsung. Bunga juga berbicara soal kompleksitas bentuk yang ia cermati dalam detail-detail atau potongan-potongan ruang. Pengalaman dirinya di bidang arsitektur menjadikan Bunga lebih peka untuk menikmati dan memahami keaneka-ragaman sifat-sifat dan permukaan berbagai material: batu, semen, kaca, besi, kaleng, atau plastik. Bunga memahami bahwa karakter medium adalah elemen yang penting bagi konstruksi idiom ekspresinya.

Zoom

Common Sanctum merupakan isu yang Bunga coba bangun dalam pameran tunggalnya. Bagi Bunga, perihal ruang kini semakin terdesak oleh masalah percepatan yang diciptakan aliran perkembangan waktu; pengalaman hidup masyarakat kontemporer seakan terus melaju dalam logika percepatan waktu: semua menjadi cepat bahkan bila perlu menjadi instan. Perihal soal pengalaman ruang yang sedianya berfungsi mengikat dimensi makna-makna mengenai identitas dan keberadaan diri kini seakan lenyap ditelan arus perubahan yang dikendalikan oleh logika percepatan. Semua yang virtual, kini, tak lagi jadi nilai potensialitas yang bisa bermakna khas bagi masing-masing orang, melainkan telah menjadi nilai posibilitas yang dalam prakteknya hanya berlaku sebagai preferensi pilihan yang bahkan bisa bersifat semu. Dalam pameran ini, Bunga tak hendak mempertentangkan ruang aktual dengan ruang virtual, selain justru berusaha merebut kembali potensi hal-hal virtual untuk menjadi bagian penting dalam aktualitas kemungkinan-kemungkinan hidup secara sadar dan bermakna.

Common Sanctum adalah upaya untuk menghidupkan kembali sensasi pengalaman ruang. Pameran ini tak hanya soal menciptakan ilusi ruang, namun juga menghadirkan sensasi dimensi ruang yang diharapkan mampu menghidupkan pengalaman imajinasi dan kesadaran. Di lingkungan urban, di kota besar seperti Jakarta, berbagai wujud ruang hanya disiapkan untuk kepentingan orang-orang di dalamnya: untuk bekerja, belanja, atau rekreasi; pun ruang menjadi obyek. Bunga hendak menjadikan kembali ruang sebagai subyek. Ruang hendak dinyatakan dalam sifat-sifatnya yang khusus dan seolah memiliki kepentingannya yang khas. Ruang lah yang mengubah orang, bukan sebaliknya. Perihal “sanctum” dalam proyek ini tidak dimaksud bermakna negatif melainkan justru memiliki karakter positif dan produktif, bahkan bersifat menggugah dan mengubah. Bagi Bunga, tiap-tiap eksistensi akan selalu berarti menyertakan dalam ruang. Ruang semacam itu tak selayaknya menjadi obyek dalam batasan kepentingan yang hanya bersifat fungsional dan praktis. Perihal ruang adalah perkara pengalaman dan pengetahuan yang tak akan pernah akan usai, sebagaimana juga berlaku bagi tiap eksistensi.

Pameran The Common Sanctum adalah hasil inisiatif dari Bunga Yuridespita dan diselenggarakan oleh Can's Gallery, dengan Galeri Salihara sebagai mitra lokasi pameran. Pameran ini tidak hanya menampilkan karya-karya dalam ruang pamer Galeri Salihara, tetapi juga termasuk mural di tembok-tembok luar Salihara. Karya mural ini didukung oleh PT Mowilex Indonesia sebagai mitra material pembuatan mural. Para pengunjung pameran memiliki kesempatan untuk melihat karya-karya Bunga dari luar tembok Salihara hingga dalam ruang pameran. Pameran ini akan berlangsung hingga tanggal 3 April 2024.

Slide-1
Slide-2
Slide-3
Slide-4
Slide-5
Slide-6
Slide-7
Slide-8
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with seven years of diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.