ReplayRepliy dan Tukii di Dunia Visual yang Penuh Harapan

Jakarta Doodle Fest (JDF) yang digelar pada 1 hingga 3 November 2024 lalu di Taman Ismail Marzuki menjadi wadah bagi ilustrator muda untuk mengenalkan karyanya ke publik. Salah satu seniman visual yang menjadi sorotan karena karakter uniknya adalah ReplayRepliy, atau yang akrab disapa Refli. Di tengah ramainya hari pertama JDF yang penuh antusias pecinta seni visual, Grafis Masa Kini berkesempatan untuk mengenal ReplayRepliy lebih jauh—mendengarkan penuturan tentang perjalanannya membangun dunia visual yang merangkum emosi manusia dan menumbuhkan harapan.

Tak berbeda dari kebanyakan ilustrator, Refli jatuh cinta dengan seni visual sejak usia kecil. Minatnya yang besar membawanya ke pendidikan seni rupa di Universitas Brawijaya, namun, kariernya sebagai ilustrator baru dimulai saat pandemi Covid-19 melanda dan memaksa kita semua untuk terisolasi di dalam rumah. “Itu adalah momen di mana aku merasa harus lebih serius sebagai ilustrator karena aku sangat menikmati prosesnya,” cerita Refli. Sebagai orang yang suka bercerita, Refli menyadari bahwa dirinya bukan penulis yang bagus. Maka, visual menjadi caranya menceritakan apa yang ia alami atau rasakan. “Lewat karya-karyaku, aku ingin menuliskan pengalamanku, emosiku,” imbuhnya. Konsistensi adalah kata yang tepat untuk menggambarkan langkah awal Refli terjun ke dunia ilustrasi, hingga akhirnya berbagai kesempatan terbuka, termasuk kolaborasi dengan merek-merek ternama. “Saat itu aku merasa bahwa inilah jalanku, pekerjaanku.”

Perjalanan Refli di dunia ilustrasi berjalan seiring dengan pencarian identitasnya, yang tentunya berpengaruh pada perkembangan karakter visual dari ReplayRepliy. Kini, ketika orang berbicara tentang ReplayRepliy, kita dapat membayangkan warna yang vibran dan cerita, elemen-elemen grafis yang menggemaskan, dan tentunya karakter seekor kelinci yang selalu ada. Perlu waktu lama bagi Refli untuk menemukan karakter visual yang melekat tersebut. “Visual identity itu perlu waktu yang lama, tapi kembali lagi, aku mencarinya dari apa yang ada di sekitarku, yang dekat denganku,” ungkapnya. Pekerjaan purnawaktu Refli sebagai Creative Director untuk salah satu penyanyi Indonesia ternyata sangat berpengaruh pada karakter visual ReplayRepliy sebagai ilustrator. Musik menjadi hal yang sangat dekat dengan Refli dan menginspirasi karya-karyanya. Saat mendengarkan musik, manusia dapat merasakan berbagai emosi, dan penggambaran dinamisnya perasaan manusia disampaikan Refli lewat warna-warna yang vibran. “Pemilihan warnaku cukup vibran, dengan elemen-elemen yang ada, aku gunakan sebagai representasi dari berbagai perasaan, utamanya joyful, dari musik ke karya-karyaku,” jelasnya.


Selain warna yang vibran, Refli juga mengembangkan karakter-karakter yang lahir dari anak batinnya. “Aku menciptakan beberapa karakter, tapi aku fokusnya ke salah satu karaker yaitu si kelinci yang bernama Tukii,” ungkap Refli. Pemberian nama Tukii sendiri mengambil inspirasi dari Bahasa Korea: tokki yang artinya kelinci—dan juga sebuah kedai kopi yang punya nama serupa, tempat Refli menciptakan karakter Tukii. Terlihat berbeda-beda di karya ReplayRepliy, Tukii ternyata hanya satu karakter yang bisa berganti-ganti warna dan bentuk, sesuai dengan emosi yang sedang dirasakannya—tak hanya bahagia, tapi juga sedih dan kompleksitas emosi lainnya. “Tukii itu merepresentasikan litte soul yang aku punya di dalam diriku. Makanya, dia bisa terlihat sedih, bahagia,” imbuh Refli. Walau menggunakan warna yang vibran dan mengenalkan karakter yang menggemaskan, beberapa karya ReplayRepliy mengangkat cerita yang sedih atau mengharukan. “Salah satu karyaku judulnya Heirloom Pain, terinspirasi dari lagu NIKI. Karya itu bercerita tentang intergenerational trauma, trauma yang diberikan oleh keliarga sendiri,” tutur sang ilustrator. Menurutnya, tanpa kita sadari, ada dogma-dogma tertentu yang kita bawa dari ajaran orang tua. Di satu sisi, itu membentuk kita, tapi di sisi lain, kita seakan tidak memiliki pilihan dan ‘rumah’ kita sendiri. “Lewat karyaku, aku ingin orang-orang ingat bahwa kita punya pilihan dan bisa keluar dari trauma tersebut,” ungkap Refli. Kehadiran karakter Tukii yang memahami emosi manusia diharapan terasa seperti pelukan hangat kepada setiap orang yang menyaksikan karya ReplayRepliy. Karakter Tukii dapat menjadi teman yang membawa penghiburan dan harapan bagi banyak orang.

Zoom-2

Di usia yang masih muda, Refli telah menegaskan posisinya di industri kreatif dengan berbagai kolaborasi, baik antar seniman maupun untuk merek tertentu. “Aku sudah kolaborasi dengan beberapa merek seperti Transjakarta, Kemendikbud, Narasi TV, dan masih ada beberapa lagi,” ceritanya. Bagi Refli, setiap kolaborasi berkesan dan memberikan pelajaran untuk perkembangan karya-karyanya. Refli sendiri juga terbuka dengan berbagai kesempatan karena ia tidak percaya dengan mengotak-kotakan seni visual. “Dengan kita mengotak-kotakan itulah, kita enggak bisa menyebarluaskan karya kita, padalah ilustrasi itu luas banget. Mengotak-otakan karya: ‘Ini children book banget’, ‘ini seni rupa banget’ juga membatasi eksplorasi sang seniman visual. Mengambil contoh dari pengalamannya sendiri, Refli mengatakan betapa unik dan serunya mengerjakan kolaborasi bersama salah satu merek sex toys lokal. “Bentuk aslinya unik, ada yang ubur-ubur, kuda laut, dan aku mencoba untuk membuat karakter dari itu,” cerita Refli. 

Keterlibatan Refli di Jakarta Doodle Fest 2024 lalu juga merupakan kesempatan yang mendorongnya untuk terus berkarya. “Aku bahagia banget dengan adanya art market seperti ini, bisa memberikan semangat buat orang-orang,” ungkap Refli. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa dengan melihat karya-karya ilustrator di acara seperti JDF, maka banyak harapan dari seniman-seniman pemula di luar sana yang tumbuh. “Aku ingin sekali seniman-seniman Indonesia untuk kelihatan dan punya tempat, dan kami yang sudah bekerja sebagai ilustrator untuk punya harapan akan masa depan,” tutupnya.

Bersama Tukii, ReplayRepliy bukan sekadar hadir sebagai ilustrator, tetapi juga sebagai pembawa harapan bagi generasi muda di dunia visual. Melalui karya-karyanya, Refli mengajak kita untuk menyelami kompleksitas perasaan manusia dan menyadarkan bahwa seni dapat menjadi ruang penyembuhan, eksplorasi, dan harapan. Harapan akan masa depan dunia ilustrasi Indonesia semakin terlihat, seiring semakin banyaknya seniman seperti Refli yang berani mengekspresikan dirinya dengan jujur dan memberi warna baru dalam dunia visual Indonesia.

Slide-1
Slide-2
Slide-3
Slide-4
Slide-5
Slide-6
About the Author

Alessandra Langit

Alessandra Langit is a writer with seven years of diverse media experience. She loves exploring the quirks of girlhood through her visual art and reposting Kafka’s diary entries at night.