Persilangan Desain Asia Tenggara bersama Out of Office
Pada tanggal 28 Oktober lalu, studio desain Singapura, Foreign Policy, dan media yang berbasis di Jakarta, MANUAL Jakarta, membuka acara desain dua hari mereka, Out of Office (OOO). Akhir pekan tersebut penuh dengan gelar wicara dan ulasan portofolio oleh berbagai pembicara dari bidang desain dan pelaku kreatif lainnya. Diadakan di Brickhall Fatmawati, Jakarta, acara dimulai dengan sambutan pembukaan dari Yah-leng Yu, Pengarah Kreatif Foreign Policy, dan Hadi Ismanto, pendiri dan CEO MANUAL.
Ketika ditanya apa yang membuat acara ini membuahkan hasil, Yah-leng menyebutkan betapa dia selalu tertarik untuk membawa komunitas. Ia melihat potensi besar yang dimiliki Asia Tenggara, namun tampaknya masih luput dari perhatian. “Saya kira sebagai orang desain, saya senang memastikan bahwa kita muncul ke permukaan,” jelasnya. Selama periode pandemi, Foreign Policy mengadakan acara bincang-bincang daring. Ketika pembatasan dilonggarkan, dia tertarik untuk mengadakan acara luring.
Ketika memilih tempat untuk mengadakan acara tersebut, Yah-leng menjelaskan mengapa Jakarta adalah pilihannya. “Saya merasa selama COVID, banyak kota yang sepi [dalam hal] dunia kreatif, tetapi saya menemukan bahwa Jakarta dan wilayah lain di Indonesia justru benar-benar meningkat dan berkembang pesat. Saya ingin menyampaikan suara-suara ini, berbagi perspektif dari belahan dunia lain ke Indonesia karena mungkin ada orang-orang yang tidak bisa mengaksesnya. Desainer yang mungkin pernah mereka lihat di Instagram atau blog desain, tetapi bukan pada sesi diskusi atau berbagi secara langsung.” Yah-leng sangat tertarik untuk mengundang MANUAL sebagai rekan kerja karena, “Kami berpikir 'siapa yang lebih baik untuk mengadakan acara ini selain MANUAL, bukan?' Karena, tanpa rekan yang baik, kami tidak akan bisa menyelenggarakannya dan kolaborasi adalah apa yang kami lakukan di Foreign Policy. Jadi, itu adalah kuncinya.”
“Tentu saja kami sangat senang,” Hadi memulai, sambil menjelaskan bagaimana dia menerima DM Instagram penting dari Yah-leng. Hadi menjelaskan, mungkin banyak yang lupa bahwa ketika MANUAL pertama kali didirikan, mereka memulai dengan visi untuk menantang dan meningkatkan standar industri. “Ini termasuk desain juga. Karena desain adalah bagian dari media, bagian dari seni komunikasi. Kami melihat [OOO] sebagai platform yang menurut kami benar-benar dapat membantu, tidak hanya para desainer, tetapi juga industri dan ekosistem menjadi lebih hidup dan lebih kolaboratif.” Ia juga menyebutkan bahwa acara tersebut melibatkan hampir 20 jenama dari Indonesia dan Singapura sebagai bagian dari pasar COPPP, serta sponsor dan mitra, termasuk Alliance Graphique Internationale (AGI) di mana Yah-leng merupakan perwakilannya. “[Ini] menempatkan Indonesia di peta berkat koneksi dan privilese Foreign Policy,” tegas Hadi.
Kedua pihak mengoordinasikan persiapan acara bersama melalui Zoom Meeting di kota masing-masing. “Kami saling percaya lebih dari seratus persen,” kata Yah-leng. Dalam hal kurasi pembicara utama, Yah-leng memulai prosesnya dengan menghubungi teman dan koleganya. Dia juga berhasil mengajak beberapa pelaku desain yang kurang dekat secara personal. Di sisi lain, Meskipun MANUAL telah menangani acara-acara sebelumnya, tidak ada yang berskala seperti ini atau berkisar pada subjek yang relatif spesifik. Tantangan utama MANUAL sebagai mitra lokal adalah menangani segala hal di lapangan termasuk mencari sponsor, vendor, kolaborator, serta F&B.
Acara ini menghadirkan deretan pembicara yang mengesankan, seperti Eric Widjaja, Danis Sie, Klara Troost, Yehwan Song, Connor Campbell, dan banyak lagi. “Bagi kami, perpaduan ini adalah kuncinya, karena idenya adalah untuk memulai di Asia Tenggara terlebih dahulu..lalu kita bisa mendunia, tapi sekarang kami ingin fokus di Asia,” jelasnya. Yah-leng mencatat bahwa meskipun pemilihan pembicara mencakup praktisi dari Eropa dan Amerika, ia ingin menekankan pentingnya memiliki pembicara dari kawasan Asia dan khususnya dari Indonesia sendiri. “Kita tidak bisa hanya melihat dunia Barat, kita punya talentanya sendiri! Kita harus mengidentifikasi mereka–mereka juga pahlawan kita.”
Bagi Hadi, acara tersebut mendapat sambutan hangat karena ia menyadari bahwa tim Foreign Policy dan MANUAL sangat ambisius, terutama mengingat harga tiket untuk acara tersebut cukup terjangkau. “Kami tidak ingin ini seperti acara komunitas lainnya. Maksud saya untuk MANUAL, dalam 10 tahun terakhir, industri desain kurang dihargai. Jadi kami ingin menunjukkan kepada dunia, menunjukkan kepada industri dan masyarakat Indonesia, bahwa desain tersebut patut dibanggakan,” jelas Hadi. Ke depannya, baik Yah-leng dan Hadi berkeinginan agar OOO diadakan setiap tahunnya untuk semakin memperkaya dunia desain.