Pameran Arsip Musik Indonesia dari Tahun 1960 hingga 1969

Pada Sabtu (16/9) lalu di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, pameran Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas resmi dibuka. Pameran ini diselenggarakan sebagai salah satu acara dari deretan program Rangkaian Irama, sebuah perayaan satu dekade berjalannya Irama Nusantara. Pameran hasil kerjasama antara Irama Nusantara dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini menampilkan sejumlah arsip musik Indonesia dari tahun 1960 hingga 1969 dan diangkat dari publikasi cetak kolaborasi Irama Nusantara dengan Binatang Press! yang diterbitkan pada tahun 2021.

Dalam area pameran, dirancang alur yang membawa pengunjung melihat perjalanan sejarah musik Indonesia, mulai dari era pemerintahan Soekarno hingga masa awal Orde Baru. Pameran ini menunjukkan segala bentuk pencapaian hingga tantangan yang dihadapi industri musik Indonesia pada saat itu. Selaras dengan buku Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas, pameran ini pun dirancang menggunakan pendekatan artistik, warna, dan tipografi yang sama dengan publikasi tersebut. Selain aspek visual, pameran juga membawakan pengalaman audio dengan menyediakan perangkat penyuara jemala (headphone) yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk mendengar ragam alunan musik Indonesia pada periode 1960-an.

Menilik latar belakang acara, pandemi lalu sempat berdampak besar kepada perjalanan Irama Nusantara hingga banyak aktivitas yang terpaksa ditunda, termasuk gagasan awal dari diadakannya pameran ini. Gerry Apriryan, Program Manager Irama Nusantara, bercerita, “Justru sebenarnya kita mau bikin pameran ini waktu launching [buku]. Jadi perencanaan bikin buku itu harusnya di tahun 2020 kita rilis, cuman keburu COVID.” Perlahan-lahan, Irama Nusantara pulih hingga dapat merilis publikasi cetak dan sekarang merayakan peringatan satu dekade melalui serangkaian acara. “Kita alhamdulillah dapat dukungan dari kementerian untuk bisa ngerayain sepuluh tahun Irama Nusantara. Kita enggak mencoba untuk muluk-muluk bikin sesuatu lagi yang baru, tapi apa yang udah kita lakuin sepuluh tahun, kita coba disuguhin saja di acara Rangkaian Irama ini,” tambahnya.

zoom

Gerry juga menjelaskan bahwa proses kuratorial pameran diawali dari melimpahnya data pengarsipan sejarah musik yang akhirnya dituang ke berbagai media. “Pertama, dari ngumpulin data, kita ngerasa kayaknya bisa jadi satu susunan cerita yang enak untuk dijadiin satu buah pengetahuan. Akhirnya dibikin satu buku. Kalau dari buku ke pameran, karena waktu penelitian data kita banyak banget, tapi buku terbatas dengan format cetak. Enggak bisa semua masukin ke situ. Jadi kita pengen ngasih experience yang lebihnya lewat pameran dengan orang dateng bisa dengerin [musiknya] satu-satu,” jelasnya.

Melalui pameran ini, Irama Nusantara berharap pengunjung tidak hanya ikut merasakan euforia perayaan satu dekade mereka, tetapi juga dapat menambah wawasan mengenai sejarah dan pengarsipan musik Indonesia. Pameran Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas dapat dikunjungi khalayak hingga 15 Oktober 2023 di Museum Kebangkitan Nasional dengan harga tiket masuk sebesar Rp2.000.

slide-5
slide-6
slide-2
slide-3
slide-1
slide-4
About the Author

Syauqia Syifa