Kumpulan Arsip Label Keretek dari Grafis Nusantara

Tak berselang terlalu lama dari perilisan volume 2 pada Juni lalu, Grafis Nusantara menghadirkan volume 3 publikasi mereka berisi kumpulan arsip label keretek. Publikasi anyar ini pertama kali dikenalkan ke publik di Tokyo Art Book Fair pada 23 sampai 26 November lalu. Rakhmat Jaka dari Grafis Nusantara mengatakan bahwa intensi untuk meningkatkan intensitas perilisan publikasi seiring keaktifan mereka dalam mengikuti art book fair, baik di dalam maupun luar Indonesia. “Banyak koleksi arsip Grafis Nusantara yang ingin kita kasih lihat ke art book fair yang rutin kita ikuti. Oleh karena itu, kami jadi lebih ingin intens produksi publikasi,” ujarnya.

Rencana untuk mengangkat tema keretek sudah hadir ketika Grafis Nusantara berpartisipasi pada Indonesian Contemporary Art & Design di tahun 2022. Pada program tersebut, Grafis Nusantara menghadirkan instalasi dengan tema keretek. Dari situ, tercetus untuk mengembangkan tema tersebut dalam bentuk publikasi cetak. Jika di volume pertama menampilkan arsip personal yang dimiliki Jaka dan di volume kedua menghadirkan arsip milik seorang kolektor, materi yang ada pada volume ini terbilang didapatkan dengan waktu yang relatif singkat. Volume 3 ini menampilkan sekitar 300 label keretek yang dibeli Jaka dari seorang kolektor—atau pedagang—di Facebook.


Zoom

Dalam merancang publikasi ini, Grafis Nusantara mengundang Satu Collective. Sulaiman Said dari Grafis Nusantara mengatakan bahwa keterlibatan SatuCollective pada proyek ini lantaran kedekatan personal dan pastinya jam terbang SatuCollective sebagai studio desain. Seto Adi dari SatuCollective memaparkan bahwa perancangan dimulai dengan melihat benang merah gaya visual yang dibawa oleh Grafis Nusantara di tiap volume sekaligus mencari cara yang tepat dalam menampilkan gaya SatuCollective. Selain itu, perancangan juga diawali dengan mempelajari kumpulan arsip yang akan ditampilkan, khususnya dari segi visual.

Agus Handoko dari SatuCollective mengatakan bahwa rancangan publikasi ini berupaya menunjukkan kekhasan isi pada volume ini. Kemasan sekaligus sampul publikasi ini dibuat menyerupai rokok dengan gimmick ilustrasi perempuan sedang merokok yang dapat bergerak. Afif Ahmad dari SatuCollective menambahkan bahwa rancangan juga diintensikan untuk dapat menjaga dan menghadirkan karakter visual Indonesia dan gaya Grafis Nusantara itu sendiri. Seto mengelaborasikan lebih lanjut bahwa rancangan yang dibuat menjembatani visual arsip yang jadul dan pembawaan Grafis Nusantara yang cukup pop dan modern.

Setelah Tokyo Art Book Fair, volume 3 melanjutkan “turnya” ke Bangkok Art Book Fair dan Kuala Lumpur Art Book Fair. Jaka membagikan bahwa respon positif berdatangan dari para audiens di luar negeri dan cukup terkesan dengan bentuk serta rancangan label keretek tersebut. Demam Gadis Kretek yang juga melanda Kuala Lumpur pun menambah keingintahuan publik di sana terkait koleksi label keretek di volume 3 ini. Sehabis berkeliling ke luar negeri, Grafis Nusantara kini sedang menyiapkan acara perilisan volume 3 di Indonesia.

Slide-1
Slide-2
Slide-3
Slide-4
Slide-5
Slide-6
Slide-7
Slide-8
Slide-9
About the Author

Daud Sihombing

Daud Sihombing has been writing professionally for the past 9 years. This fervent alternative publishing enthusiast prefers his quaint little town over the hustle and bustle of the city and doesn't let sleep stop him from watching every single AS Roma match.

Let your work shine!

Your work takes center stage! Submit your final assignment here to be assessed by experts of the field.

Submit

Recomended Reading

Cover

Popomangun Discusses the Meaning of Home in the
ARTLOKA proudly presents Popomangun's solo exhibition, titled House of Home, which explores the personal meaning of home. In the curatorial text, Popomangun writes that home is a safe space for its inhabitants and a place where they are fully shaped as individuals. Speaking to Grafis Masa Kini, Popomangun revealed that this solo exhibition stems from his unease regarding his relationship with family, which shaped his perception of the meaning of home itself. Transitioning from living with parents to becoming a parent himself prompted Popomangun to create visual works centered around the concept of home. "Being a parent has no school or curriculum; thus, all behaviors and adaptations in the form of communication, anxieties, and warmth are actually recorded in the feelings and thoughts that we call home," expressed Popomangun.
The patterns and colors in Popomangun's works in the House of Home exhibition depict his memories of home. In terms of form, the houses in his works are drawn from various memories, including his relationships with his parents, in-laws, wife, and children. "All of these are illustrated in depictions of houses in various forms," explained Popomangun. The selection of warm and cool colors within the same frame reminds us of the emotional dynamics within a home. Memories in the corners of the house are translated by Popomangun into symbols and silhouettes unified within a single visual narrative. The curatorial text states that for Popomangun, aside from being representations of memories, these forms and patterns serve as both figures and landscapes depicting how he survives by building a "home" amidst the chaos of life.
Exhibition

11 days ago
Load More Article

Get ahead of the game with GMK+

Keep your finger on the pulse of the art and design world through newsletters and exclusive content sent straight to your inbox.