Grafis Berbahaya di Balik “eX-Trim”, Kolaborasi VT-00 dan Magis
Dentum bunyi yang bermain liar dan vokal yang digaungkan dengan lugas, single kolaborasi VT-00 dan Magis berjudul “eX-Trim” resmi diluncurkan oleh Ear Flux Records pada tanggal 5 Januari 2024 lalu. VT-00 dan Magis sendiri adalah dua musisi elektronik yang namanya bolak-balik mewarnai ruang-ruang acara musik di berbagai kota. Berangkat dari cerita keseharian di tengah hiruk pikuk ibu kota, VT-00 dan Magis menciptakan karya audio yang memantik adrenalin dengan lirik-lirik seperti “pertempuran para umat” yang menggambarkan mobilitas masyarakat urban yang saling bertabrakan demi menuju tempat pencarian nafkah.
Pengalaman mendengarkan “eX-Trim” terasa lebih lengkap dengan menyaksikan karya visual single ini yang dirancang dengan apik oleh Sanjonas, seniman berdomisili Yogyakarta yang juga merupakan mastermind di balik Ear Flux Records. Saat melihat visual untuk single “eX-Trim”, elemen yang cukup menarik perhatian adalah logo biohazard. Secara ilmiah, biohazard adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan mikroorganisme dan bahan medis yang dinyatakan dapat menyebabkan penyakit pada organisme hidup. Logo biohazard, atau bahaya biologis dalam Bahasa Indonesia, biasanya ditemukan di area medis seperti tempat sampah limbah medis. Konsep penggunaan logo tersebut ternyata lahir dari diskusi VT-00 dan Magis saat menggarap aset grafis untuk rilisan ini. VT-00 yang juga seorang seniman visual awalnya telah menyiapkan sketsa visual yang nantinya akan dieksplorasi lebih jauh oleh Sanjonas.
“Awalnya, gue bikin aset grafis biohazard yang gue customize. Gue oper aset tersebut ke Ear Flux Records untuk direspons oleh Sanjonas sesuai arahan visual dari label dan gaya Sanjonas sendiri yang cenderung bereksperimen dengan gaya 3D,” cerita VT-00 saat ditemui di studionya.
Logo biohazard dirasa menggambarkan single “eX-Trim”, seperti penjelasan Magis, logo biohazard menghadirkan kesan berbahaya dan ngeri. VT-00 sendiri merasa bahwa logo biohazard itu simbol dari rasa yang ingin mereka sampaikan lewat rilisan ini. “Kelihatan dari awal bahwa logo itu berbahaya, tidak bisa disentuh karena beracun,” kata VT-00. Dalam merespons aset grafis yang sudah dimiliki oleh VT-00 dan Magis dengan gaya 3D, Sanjonas pun harus memahami terlebih dahulu apa yang ingin disampaikan oleh kedua musisi elektronik tersebut lewat rilisan ini.
Laboratorium akhirnya menjadi inspirasi utama Sanjonas dalam menggarap grafis untuk rilisan “eX-Trim”. Dalam sebuah laboratorium, percobaan di dalamnya cenderung rahasia dan tak terlihat oleh orang-orang yang berada di luar ruangan. Berbagai eksperimen hebat juga terlahir di laboratorium tanpa masyarakat luas mengetahui prosesnya. Penempatan logo biohazard pun umum ditemukan di sekitar pintu masuk menuju sebuah laboratorium.
“Aku langsung kepikiran sebuah laboratorium untuk menggambarkan perjalanan dan eksperimen Magis dan VT-00 yang merupakan hal-hal yang sebenarnya ada dan dirasakan, tapi enggak semua orang bisa melihat,” jelas Sanjonas saat diwawancarai secara daring.
VT-00 sendiri menggambarkan karya Sanjonas untuk rilisan ini sebagai karya visual yang mencekam. Dekonstruksi bentuk laboratorium yang dilakukan oleh Sanjonas dan warna dominan gelap selaras dengan soundscape yang liar dari rilisan “eX-Trim”.
Gue melihat grafis Sanjonas ini sebagai karya yang mencekam, seperti lagu “eX-Trim” sendiri. Ada suatu objek yang dieksperimen seliar mungkin oleh Sanjonas. Secara warna juga gelap. Ya, seperti acid graphics aja gue melihatnya. Orang biasa mungkin melihat visual ini kayak enggak lumrah. Bentuknya memang 3D, tapi diotak-atik banget sama Sanjonas jadi semi-semi abstrak.
VT-00, MusisiElemen-elemen grafis dalam karya visual ini juga mampu menerjemahkan petikan lirik dan mood audio yang dibangun oleh VT-00 dan Magis tanpa secara gamblang menunjukkan apa yang ingin disuarakan oleh lagu ini. Menurut penjelasan Sanjonas, dalam proses merancang grafis ini, seniman visual ini mengambil beberapa kata yang dapat diterjemahkan secara visual untuk menggambarkan lagu ini seperti “ekstrem” dan “berkilat.
Grafis dari rilisan “eX-Trim” ini juga dirancang sesuai dengan arahan artistik rilisan-rilisan dari Ear Flux Records yang menggunakan gaya 3D yang bermain-main dengan bentuk. Tanpa meninggalkan gagasan dari musisinya, Ear Flux Records ingin melahirkan karya visual untuk sebuah rilisan dengan pesan yang tak kentara, meninggalkan tanda tanya ke pendengar dan membebaskan mereka untuk mengeksplorasi narasi di balik visual dari rilisan tersebut.
“Sebenarnya yang aku inginkan untuk Ear Flux Records itu selalu membuat visual untuk sebuah rilisan yang orang tidak bisa menerka apa yang ada di dalamnya. Kami ingin membiarkan orang berpikir apa saja kemungkinan di balik rilisan “eX-Trim”. Saat mendengarkan musik, pasti yang pertama kelihatan kan visualnya dan orang-orang bebas menerjemahkan visual itu,” ungkap Sanjonas. “Bahkan ada yang bilang kayak Rok Presso, ya,” imbuh Magis disambut tawa keduanya.
Saat mendengarkan “eX-Trim” sembari melihat grafis pendampingnya, ada benang merah yang saling mendukung satu sama lain. Visual garapan Sanjonas seperti memberikan nyawa tambahan dalam karya kolaborasi VT-00 dan Magis. Hubungan antara audio dan visual memang tidak bisa terpisahkan. Setiap rilisan membutuhkan karya visual yang mampu menerjemahkan setiap beat audio maupun intisari dari lirik-lirik yang ditulis ke dalam bentuk grafis. Menurut pengalaman Magis di dunia musik elektronik, matchmaking antara grafis dan audio merupakan pengaruh dari lingkungan di mana musisi tersebut berproses.
“Kenapa “eX-Trim” visualnya seperti ini? Ya karena aku berada di lingkungan yang sama dengan VT-00 dan Sanjonas. Grafis seperti karya mereka adalah visual yang sering aku temui. Berteman dengan mereka akhirnya membentuk referensi visualku. Bisa saja, grafis rilisan ini akan berbeda ketika aku berteman sama seniman yang sering membuat karya doodle,” ungkap Magis.
Setuju dengan penjelasan Magis, Sanjonas mengatakan bahwa dari sudut pandang record label, ketika mencari dan merancang sebuah karya visual untuk rilisan tertentu, ia melihat dan memperhatikan lingkungannya. Referensi-referensi visual senyawa yang ditemukan Sanjonas lewat media sosial ataupun karya seniman yang belum ia kenal juga menjadi cara Sanjonas untuk menghubungkan seniman audio dan seniman visual, serta membentuk jejaring baru yang kuat. Menurut Sanjonas, grafis dan musik itu saling korespondensi, melengkapi satu sama lain dan menjadi salah satu cara untuk dapat terkoneksi dengan lingkungan di bidang kreatif yang sama. Menambahkan pernyataan Sanjonas, Magis mengatakan bahwa grafis dan audio di kancah musik elektronik tidak bisa dipisahkan, layaknya sebuah hubungan yang terikat.
“Musik dan grafis itu kayak hubungan romantis. Lucu aja, bisa terkumpul, bertemu menjadi satu,” tutup Magis. Rilisan kolaborasi VT-00 dan Magis,“eX-Trim”, ini kini telah tersedia dan dapat didengar oleh masyarakat luas di berbagai platform musik digital seperti Spotify. Selain dirilis dalam format single kolaborasi, "eX-Trim" juga di-remix kembali oleh para produser dari berbagai kota di Indonesia yang namanya sudah tidak asing lagi seperti Funtime (Bali), Individual Distortion (Jakarta), dan TamaT (Surabaya).